REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga crossfit belakangan telah menarik minat penggemar aktivitas kebugaran, termasuk di Indonesia. Menurut dokter spesialis kedokteran olahraga, dr Michael Triangto SpKO, orang awam yang tertarik dengan crossfit kebanyakan tak punya pertimbangkan yang baik ketika melakoninya.
“Kebanyakan orang yang ingin melakukan crossfit mempercayai sesuatu hal yang benar di depan, tapi belakangnya salah atau ujungnya benar dan belakangnya benar, tapi tidak paralel,” tutur Michael kepada Republika.co.id, Rabu (19/2).
Apa maksudnya? Michael menjelaskan, pemahaman bahwa olahraga membuat tubuh lebih sehat memang betul. Namun, keyakinan berikutnya yang dipercaya secara luas belum tentu benar, yakni semakin banyak olahraga maka tubuh menjadi lebih sehat.
Michael menyebut pemahaman itu sebagai kekeliruan. Faktanya, semakin banyak olahraga dilakukan, maka bukan berarti tubuh akan menjadi lebih sehat.
"Olahraga yang melampaui batas-batas kemampuan kita itu malah tidak membuat sehat,” jelas dia.
Michael mengatakan, banyak pemahaman yang dijejalkan ke masyarakat bahwa semakin banyak olahraga itu semakin baik. Dalam crossfit, pelaku dituntut untuk menjalankan latihan keras yang dengan jenis-jenis gerakan yang amat berat dan tak semua orang bisa melakukannya.
Ia pun menganalogikan tubuh manusia dengan sepasang sepatu. Jika sepatu dipakai terus-menerus setiap hari, maka akan lebih cepat mudah rusak.
“Sama dengan tubuh. Jadi, olahraga memang membuat tubuh lebih baik. Tapi jika olahraga berlebihan, maka membuat sebuah kerusakan,” ungkap Michael.
Oleh sebab itu, Michael menyarankan masyarakat yang ingin melakukan olahraga crossfit untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kedokteran olahraga. Sebab, kapasitas seseorang berbeda dengan orang yang lainnya sehingga kadar aktivitas fisiknya juga tak sama.
Crossfit, menurut Michael, merupakan bentuk variasi olahraga yang menggunakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan dengan melewati batas-batas kemampuan yang ada. Ia menyebut, tidak semua orang memerlukan olahraga ini.
"Termasuk anak-anak, sebaiknya tidak melakukan olahraga ini,” jelas dia.