Ahad 23 Feb 2020 20:54 WIB

Sperma Bisa Hidup di Luar Tubuh, di Kolam Renang Gimana?

Ahli embriologi menyebut sperma memang bisa hidup di luar tubuh, tapi ada syaratnya.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Berenang (ilustrasi). Ahli embriologi menyebut, tak mungkin sperma bisa hidup di kolam renang. Itu artinya, perempuan tak mungkin hamil karena berenang di kolam yang tercemar sel sperma.
Foto: VOA
Berenang (ilustrasi). Ahli embriologi menyebut, tak mungkin sperma bisa hidup di kolam renang. Itu artinya, perempuan tak mungkin hamil karena berenang di kolam yang tercemar sel sperma.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sel sperma ternyata memang bisa hidup di luar tubuh. Akan tetapi, bisakah sperma bertahan hidup di dalam kolam renang?

Ahli embriologi Harris Harlianto menjelaskan, sperma masih bisa hidup di luar tubuh asalkan masih berada di dalam cairan semen. Paling lama, sperma bisa bertahan sejam.

Baca Juga

Lama-kelamaan cairan tersebut akan kering dan sperma pun mati. Jadi, menurut Harris, tidak mungkin sperma bisa bertahan lama di luar.

Penjelasan tersebut sekaligus mematahkan pernyataan salah seorang komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Sitti Hikmawaty, yang menyebut perempuan bisa hamil karena berenang. Klaim tersebut telah ditarik Sitti, seperti dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Ahad.

Lebih lanjut, Harris menjelaskan, dalam proses inseminasi, sperma akan ditampung diwadah dan dipisahkan dari cairan semen. Cairan semen fungsinya sebagi tempat cairan sperma.

"Dengan begitu sperma masih bisa hidup karena dalam cairan tersebut ada nutrisi untuk sperma," jelas Harris yang juga kepala Lab IVF Bandung Fertility Center, Jawa Barat.

Sementara itu, saat melakukan hubungan suami-istri, cairan sperma yang masih berada di vagina berjuang untuk selamat. Cairan semen pun menjadi tempat sebelum sperma melanjutkan perjalanan ke rahim sebagai sumber nutrisi.

"Cairan semen tidak masuk ke dalam rahim, tetap di vagina. Yang masuk ke dalam rahim hanya sperma, dia berenang. Di rahim ada cairan rahim, di telur ada tuba ada cairan lagi," ujarnya.

Saat proses inseminasi, cairan semen diganti. Karena bila sperma kelamaan berada di dalam semen, maka akan menjadi toksis. Dalam testis, secara alami sperma tidak hidup di semen. Semen hanya dibutuhkan di vagina saja.

"Semen dicuci bersih, gantikan dengan air. Semen itu 90 persen air. Airnya bukan sembarang air. Itu adalah medium yang di desain sedemikian rupa, sehingga komposisi menyerupai cairan rahim atau cairan telur. Cairan ada kandungan zat dan yang penting ada osmolaritas, ada konsentrasi larutannya. Ada komposisi angkanya," paparnya.

Sedangkan air biasa, osmolaritas tidak membuat sperma bisa hidup. Kalau dicuci, diletakkan di air biasa, osmolaritas tidak sesuai, cairan selnya akan keluar, sehingga selnya tidak bergerak dan lama-lama mati.

"Jadi sperma tidak mungkin berenang. Dia mati. Kolam renang, osmolaritas jelas tidak sama, apalagi dikasih kaporit, toksis," ujarnya.

Salah seorang komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Sitti Hikmawatty, telah menarik pernyataannya soal berenang dapat menyebabkan perempuan hamil. Penuturannya itu menjadi viral dan menuai kontroversi.

"Kabar wanita bisa hamil habis saat berenang adalah berita menyesatkan dan tidak benar," kata Harris.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement