Senin 30 Mar 2020 21:25 WIB

Jaga Jarak Lebih Penting dari Penyemprotan Disinfektan

Penyemprotan disinfektan terlalu sering akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Israr Itah
Sejumlah warga melakukan penyemprotan disinfektan di Depok, Jawa Barat (ilustrasi). Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam mengatakan, menjaga jarak fisik dan menghindari percikan ludah (droplet) lebih penting dari penyemprotan disinfektan.
Foto: Surya Dinata/Republika TV
Sejumlah warga melakukan penyemprotan disinfektan di Depok, Jawa Barat (ilustrasi). Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam mengatakan, menjaga jarak fisik dan menghindari percikan ludah (droplet) lebih penting dari penyemprotan disinfektan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam mengatakan, menjaga jarak fisik dan menghindari percikan ludah (droplet) lebih penting dari penyemprotan disinfektan untuk mencegah penularan virus Corona (Covid-19).

"Yang terpenting adalah adanya jaga jarak fisik dan menghindari kontak dengan orang yang demam atau batuk atau pilek yang tidak menggunakan masker," ujar Ari dalam keterangannya di Jakarta, Senin (30/3).

Baca Juga

Dia menambahkan rekomendasi yang diberikan oleh WHO penyemprotan disinfektan dilakukan pada lingkungan, bukan pada individu secara langsung. Penyemprotan disinfektan yang dilakukan terlalu sering, kata dia, akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan hal itu perlu dihindari.

Ari menambahkan jika melihat bagaimana penularan Covid-19 terjadi, maka sebenarnya menggunakan disinfektan secara langsung tidak dibutuhkan. Jika disinfektan tersebut terhirup atau terkena mata, akan menimbulkan masalah kesehatan.

Menurut Ari, yang terpenting dalam menghindari penularan virus yang menyerang saluran pernafasan itu, adalah mencuci tangan pakai sabun pada air yang mengalir. Secara umum memang sudah terbukti bahwa cuci tangan pakai sabun rutin bisa mencegah terjadinya infeksi saluran pernafasan akut dan infeksi saluran cerna.

"Jika tidak memungkinkan untuk cuci tangan pakai sabun, maka kita dapat menggunakan penyanitasi tangan. Tetapi perlu diketahui, bahwa setelah menggunakan lima hingga enam kali penyanitasi tangan, kita tetap harus melakukan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir," kata Ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement