Ahad 01 Nov 2015 06:44 WIB

Mengenal Kekayaan Kuliner Khas Bali Penuh Gizi

Jelajah Gizi Bali
Foto: dok: Sari Husada
Jelajah Gizi Bali

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Tidak dipungkiri Indonesia memiliki budaya yang beragam. Mulai dari kesenian, adat istiadat, bahasa serta tidak ketinggalan kuliner. Dan Bali merupakan salah satu daerah yang memiliki makanan khas yang enak sekaligus mengandung ragam gizi.

Prof. Ahmad Sulaeman, Guru Besar Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, makanan khas Bali menggunakan variasi yang luar biasa. Menggunakan bumbu dan rempah-rempah yang dicampur dengan bahan dasar aneka sayuran mentah, daging, juga ikan.

"Sehingga makanan Bali dikenal sebagai salah satu masakan paling kompleks di dunia. Penggunaan variasi bahan dasar ini didasarkan pada prinsip keseimbangan dan tradisi menggunakan makanan sebagai salah satu  sarana dalam melaksanakan upacara adat maupun keragaman di Bali atau sesajen," kata Ahmad saat ditemui di sela-sela acara Jelajah Gizi 2015-Sari Husada di Bali, Sabtu (31/10) malam.

Ahmad mencontohkan Nasi Lawar. Masakan ini memadukan penggunaan bahan dasar aneka sayuran, daging cincang juga kelapa. Aneka sayuran yang digunakan adalah buah nangka muda, buah pepaya muda, berbagai jenis daun seperti belimbing dan daun jarak, kacang-kacangan seperti kacang panjang, kacang merah dan lain-lainnya yang dicampur dengan daging cincang yang bisa berasal dari sapi, ayam atau itik.

Sedangkan bumbu yang digunakan umumnya terdiri dari lengkuas, kunyit, jahe, kencur, bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, merica kelapa, cabe rawit, terasi, daun ginten dan sereh.

Begitu juga Sate Lilit, makanan kaya protein yang berasal dari ikan (tenggiri, kakap, tuna) atau ayam dicampur bumbu khas serta kelapa parut yang dapat meningkatkan cita rasa dan aroma.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement