Jumat 19 Jan 2018 11:17 WIB

Cita Rasa Prima Ala Dapur Serundeng

Keberhasilannya mengembangkan Dapur Serundeng tak lepas dari usaha menjaga cita rasa.

Dapur Serundeng
Foto: Dapur Serundeng
Dapur Serundeng

REPUBLIKA.CO.ID, Bermula dari hobi memasak di dapur dan kejelian melihat pasar, Andrew Widjaja memilih untuk mengembangkan bisnis kuliner. Memulainya dengan membuka katering rumahan sejak 2014, bisnis Andrew lantas berkembang pesat menjadi rumah makan bercita rasa betawi bernama Dapur Serundeng.

Kendati menu khas Betawi menjadi suguhan utama, nama serundeng justru lebih mengenalkan kekhasan dari kuliner ala Sunda. Seketika itu, makanan Sunda justru mendominasi dan mendapatkan perhatian.

Keberhasilannya mengembangkan Dapur Serundeng tak lepas dari usahanya untuk tetap menjaga cita rasa. Menurut dia, inilah kunci sukses dari Dapur Serundeng. Bagi Andrew, kunci sukses bisnis kuliner bisa berjalan berasal dari cita rasa yang terjaga yang disertai pula dengan upaya memberikan pelayanan terbaik pada pelanggan.

Cita rasa yang terjaga dan pelayanan prima seperti dua roda sepeda. Andrew mengibaratkan jika hanya salah satu yang optimal, maka sepeda tidak akan bisa berjalan, diperlukan dua roda agar berjalan dengan baik dan menempuh sampai tujuan.

photo
Dapur Serundeng

Untuk menjaga cita rasa itu, Dapur Serundeng pun memiliki dapur utama yang berada di kawasan Kosambi, Jakarta. Kebutuhan utama dipasok dari dapur tersebut sekitar dua minggu sekali. Dengan cara seperti itu maka cita rasa yang dihasilkan antara cabang akan tetap sama dan terjaga.

Bagi sosok yang sebelumnya berprofesi sebagai kontraktor, perkembangan Dapur Serundeng memang tidak diduga. Awalnya bisnis tersebut hanya sebagai bisnis sampingan, namun saat ini kuliner menjadi usaha yang begitu besar.

Bermula dari Dapur Serundeng di Cideng, Jakarta, kini dia memiliki cabang di sejumlah kawasan di Jakarta seperti Bintaro, Jagakarsa, Kedoya, dan segera akan buka di Pantai Indah Kapuk.

"Memang impian saya sejak awal ingin Dapur Serundeng di berbagai daerah," kata Andrew saat ditemui Republika di Dapur Serundeng Cideng, Jakarta Pusat, belum lama ini.

Meski memiliki keinginan untuk membuka cabang di banyak tempat, Andrew tidak ingin sembarangan saat menerima mitra bisnis untuk menjadi investor cabang. Syaratnya, soal rasa dan personel di dapur tetap harus berasal darinya.

Alhasil, pengunjung pun tidak akan ragu untuk kembali ke cabang mana pun Dapur Serundeng jika rasa yang dihadirkan tidak berbeda. Hal ini pun diakui menjadi daya tarik yang membuat konsumen mau kembali dan mencoba pelbagai menu di mana pun cabangnya.

Sedangkan untuk menjaga pelayanan tetap optimal, pria berusia 38 tahun itu mengatakan, anggota timnya wajib rapat setiap hari. Selain itu, dalam sebulan diadakan pemeriksaan rutin untuk melihat kinerja pegawai.

photo
Dapur Serundeng

Kantong kelas menengah

Kedua kunci itu yang membuatnya bisa bertahan di industri kuliner yang semakin ramai. Tidak dipungkiri untuk mengembangkan rumah makan tidak mudah, namun jika kedua hal tersebut bisa dijaga dengan baik, Andrew yakin, bisnisnya bisa berjalan dan bertahan.

“Sebenarnya penawaran harga juga harus baik karena jika terlalu mahal orang jadinya hanya akan mampir sekali-kali saja,” ujar pria yang berdomisili di wilayah Puri, Jakarta.

Maka, Andrew sengaja menepatkan harga Dapur Serundeng untuk kantong masyarakat kelas menengah. Hal tersebut membuat orang tidak segan mampir berkali-kali tanpa takut dompet jebol.

Untuk satu menu ikan gurami, dengan sayur, dan nasi, Andrew mematok harga tidak lebih dari Rp 50 ribu. Dia sengaja memberikan menu paket untuk makanan sebab itu akan lebih praktis dan memudahkan pemilihan makanan.

''Tidak dipungkiri sekarang orang suka yang praktis. Jadi kita sudah siapkan menu-menu paket dengan nasi, lauk, dan sayur, tinggal tambah minum saja,” kata Andrew.

Selain gurami, menu andalan Dapur Serundeng merupakan olahan bebek. Untuk menu tersebut, terdapat banyak pilihan yang tersedia seperti lewo, lombok hijau, surawung, kremes, dan serundeng.

Selain memiliki varian yang beragam, sambal yang ditawarkan pun menjadi daya pikat sendiri. Dengan takaran pedas yang bisa dipesan sesuai keinginan, rasa sambalnya pun tidak sekadar membakar lidah saja. Ada sentuhan rasa asin dan asam yang menjadi pembeda dengan sambal-sambal lainnya.

photo
Dapur Serundeng

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement