REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Berbicara kuliner Bandung tentunya tak akan ada habisnya. Kreatifitas dan berbagai inovasi banyak dilakukan pelaku usaha untuk menciptakan kuliner atau kudapan baru dengan varian-varian yang unik dan menarik yang tentunya akan menggoda penikmat dan pecinta kuliner yang datang ke Bandung. Dari sekian banyaknya kuliner khas Bandung yang menjadi buruan, di antaranya adalah batagor dan siomay.
Rasanya ada yang kurang jika datang ke Bandung tidak bersantap dan membawa oleh-oleh batagor atau siomay. Ini menjadi kerinduan tersendiri bagi bayak orang setelah pulang dari Bandung ke daerahnya. Salah satu siomay yang belakangan cukup mengemuka di kalangan penikmat kuliner, adalah Siomay Edun.
Berawal dari hobi membuat inovasi panganan sehat untuk putra-putrinya yang doyan makan siomay, seorang ibu rumah tangga, Dian Rahayu di Jalan Wira A 12, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, mencoba memanfaatkan peluang tersebut. ''Awalnya saya hanya ingin memanjakan anak-anak dengan makanan kesukaan mereka dengan jaminan rasa dan higienis yang terjaga,'' papar Dian membuka percakapana dengan Republika di rumah sekaligus tempat produksi Siomay Edun. Lama kelamaan, orangtua teman teman putra putrinya serta para tetangga, mulai ikut memesan Siomay Edun. Hingga keberaniannya muncul untuk melepas produk inovatifnya ke pasaran. Siomay Edun ini merupakan panganan kolaborasi antara siomay dan dimsum berbahan baku utama udang dan ayam.
Salah satu varian Siomay Edun
Jangan heran jika penikmat atau pecinta kuliner ini jarang atau sulit menemui produk Siomay Edun ini dijual di toko-toko oleh-oleh atau toko makanan serta rumah makan. Karena dalam pemasaran Siomay Edun ini, Dian melakukan dengan cara online. Melalui sosial media (sosmed) dan juga bekerjasama dengan toko-toko online. Antara lain melalui akun instagram @siomay_edun. Dengan mengandalkan kemasan kedap udara (vacuum sealer), Sioamy Edun sudah merambah ke hampir seluruh kota di Indonesia. Bahkan tak sedikit pesanan datang dari luar negeri.
Meski telah merambah sejumlah daerah di nusantara dan beberapa negara. Produksi Siomay Edun untuk saat ini masih relatif terbatas. Karenanya, para pecinta dan penikmat Siomay Edun juga harus sedikit bersabar. Selain karena merupakan produk rumahan, juga proses keseluruhan dilakukan dengan cara handmade dengan proses yang cukup panjang. Dari mulai pemilihan bahan baku seperti pembuatan kulit pangsit hingga penghalusan daging ayam dan udang atau bahan baku utama, dilakukan sendiri.
Siomay Edun isi Keju
Menurut Dian, semua itu dilakukan semata-mata untuk menjaga kualitas produksi serta keaslian rasa. “Kalau mau praktis, sebenarnya sangatlah mudah. Bahan-bahan yang sudah jadi seperti kulit pangsit dan daging yang sudah digiling dan lain-lain tinggal beli saja di pasaran. Namun tentunya hasilnya akan sangat berbeda jika itu semua kita proses dan olah sendiri.” Ujar istri dari seorang fotografer handal media nasional terkemuka di tanah air.
Dalam sehari, Dian dibantu karyawan rata-rata menghasilkan sedikitnya 350 butir siomay (tergantung pesanan) dengan berbagai varian rasa. Antara lain original, keju, cabai rawit dan jamur. Untuk menikmati produk siomay yang rasanya benar-benar Edun ini, penikmat dan pecinta kuliner cukup merogoh kocek Rp 25.000 hingga 30.000 per pack. Kemasan satu pack berisi sepuluh butir siomay.
Diakui Dian, dalam sebuah usaha tentunya bukan tanpa kendala, hal inipun dialami oleh Dian. Diantaranya keterlambatan jasa pengiriman ke pelanggan menjadi masalah yang kerap terjadi. “Dalam setiap pengiriman, kita selalu memantau pergerakan barang. Biasanya penyebabnya karena alamat sulit dicari oleh pihak penyedia jasa pengiriman. Barang harus berputar beberapa hari hingga melewati batas kekuatan barang atau menjadi tak layak konsumsi,” tandasnya. Selain itu kendala yang kadang dialami adalah meroketnya harga bahan baku di luar batas kewajaran.
Meski Siomay Edun merupakan industri rumahan namun Dian bertekad untuk memperbesar kapasitas pruduksinya. Salah satunya dengan harapan dapat membuka lapangan pekerjaan. Dian pun berpesan untuk para pelaku usaha rumahan, di zaman kekinian, peluang untuk mengembangkan produk relatif lebih mudah dengan makin berkembangnya dunia teknologi. Yaitu dengan gadget di tangan, pasar global pun terbuka luas.