REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernah bertanya dari mana gas yang berada dalam perut itu berasal? Apakah itu buruk buruk bagi tubuh manusia?
"Gas adalah hasil sampingan dari aktivitas mikrobiota usus yang hidup di usus besar manusia," kata profesor gastroenterologi dan kepala ilmu gizi translasi di Monash University diAustralia Jane Muir, dikutip dari TIME, Rabu (2/5).
Usus manusia dipenuhi dengan triliunan bakteri, yang dikenal secara kolektif sebagai microbiome. Tanpa bakteri ini, tubuh tidak dapat memecah dan menyerap semua nutrisi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Sementara bakteri ini terletak di seluruh saluran pencernaan, jumlah mereka meningkat secara eksponensial di usus besar.
Hal-hal yang tidak mudah seperti senyawa tanaman kaya serat cenderung meluncur melalui saluran pencernaan sampai mencapai usus besar. Sesampai di sana, bakteri mencerna dan menghasilkan gas.
"Ini adalah bagian alami dari fungsi usus," kata Muir.
Makanan yang umumnya menyebabkan gas mengandung senyawa yang disebut fruktan, ditemukan dalam gandum, bawang, artichokes dan rye. dan juga galacto-oligosakarida yang ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian. Namun, jenis makanan yang menghasilkan gas bervariasi dari orang ke orang.
Profesor nutrisi dan direktur Institut Penelitian Gizi di University of North Carolina Dr. Steven Zeisel menjelaskan, beberapa orang kekurangan enzim usus yang dibutuhkan untuk mencerna nutrisi tertentu. Sehingga memungkinkan lebih banyak makanan tersebut lolos ke bakteri di usus besar.
"Makan terlalu banyak atau terlalu cepat juga dapat membebani sistem dan mengantarkan lebih banyak makanan ke sana ke bakteri, yang menghasilkan gas," kata Zeisel.
Zeisel mengatakan, gas dan rasa kembung mungkin tidak membuat nyaman untuk banyak orang. Meski begitu, keadaan itu tidak berbahaya.
Memang ada beberapa penyakit terkait usus yang mungkin menghasilkan gas sebagai efek samping. Bagi orang yang tidak toleran laktosa atau suatu kondisi yang berasal dari kurangnya enzim pencernaan yang diperlukan untuk memecah gula susu, mengonsumsi susu dapat menghasilkan gas dan kembung, serta diare, sakit perut dan muntah.
Zeisel menyebutkan, untuk mengatasi masalah itu terdapat suplemen anti-gas yang dijual bebas. Produk-produk ini mengandung enzim yang membantu tubuh memecah makanan yang menghasilkan gas sebelum mereka dapat mencapai bakteri di usus besar.
"Mereka tidak 100 persen efektif, namun, mereka bekerja, dan mereka aman untuk dikonsumsi setiap hari," katanya.
Pilihan lain yang bisa dilakukan dengan mengonsumsi setiap hari makanan bergas dengan porsi keci. cara itu akan membuat populasi bakteri dapat memprosesnya dan beradaptasi dengan baik.