Senin 14 May 2018 18:06 WIB

Cold Brew Coffee Jadi Alternatif Kafein tanpa Mulas

Cold brew memiliki kadar kafeina lebih rendah.

Rep: Noer Qomariah K/ Red: Indira Rezkisari
Ada beragam cara mengolah kopi, khusus kopi dingin teknik cold brew menghasilkan rasa yang secara alami lebih manis.
Foto: pexels
Ada beragam cara mengolah kopi, khusus kopi dingin teknik cold brew menghasilkan rasa yang secara alami lebih manis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jangan buru-buru meletakkan cangkir kopi apabila memiliki penyakit mag. Kini cold brew coffee bisa menyajikan kafeina tanpa menyakiti lambung.

Cold brew coffee merupakan salah satu teknik mengolah kopi. Yaitu, kopi direndam dalam air dingin atau disimpan dalam suhu ruangan selama 12 hingga 24 jam untuk menghasilkan konsentrasi esensi kopi. Esensi ini diencerkan secukupnya dan dapat disajikan dalam keadaan panas dan dingin.

Cold brew coffee juga bisa disimpan di kulkas hingga dua pekan atau dibekukan untuk waktu yang lebih lama tanpa mengubah rasa. Pembuatan kopi tergantung berbagai faktor, seperti volume air, suhu air, ukuran partikel kopi, dan waktu penyeduhan.

Komposisi akhir seperti rasa, aroma, dan senyawa bioaktif dari cold brew bergantung pada waktu penyeduhannya. Cold brew dipercaya lebih memiliki tekstur halus dibandingkan kopi biasa.

Seperti dikutip the Indian Express, Senin (14/5), cold brew dapat ditelusuri kembali pada era 1600, ketika para pedagang Belanda mencari cara menghasilkan kopi yang dapat diangkut dengan mudah. Cold brew memiliki keunggulan dibandingkan kopi biasa karena kandungan kafeinanya dan kadar asamnya yang lebih rendah.

Cold brew dipercaya memiliki kandungan kafeina sekitar 40 mg/100 gram dibandingkan sekitar 60 mg/100 gram kopi biasa. Minuman ini dikenal memiliki pH 6,3 dibandingkan dengan kopi panas yang diseduh.

Banyak orang yang sadar kesehatan beralih ke cold brew coffee untuk mendapatkan kafeina tanpa rasa mulas. Meskipun minuman ini makin populer, banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk memvalidasi manfaat kesehatannya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement