REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbicara mengenai kepopuleran budaya pop Korea rasanya kurang lengkap apabila tidak mengenal makanannya. Bagi para pecinta acara serial realita para artis dan drama Korea, pasti mereka sudah tidak asing dengan makanan bernama bibimbap.
Bibimbap merupakan makanan Korea yang disajikan dalam sebuah mangkuk. Meski namanya bibimbap, tetapi nama dalam bahasa Indonesianya adalah nasi campur. Cara penyajiannya mungkin terlihat susah ketika Anda menonton di televisi, tapi sebenarnya sangatlah mudah. Anda tidak perlu memakai bahan-bahan eksklusif yang susah didapat.
“Sebenarnya bibimbap artinya bukan cuma bahan apa-apa saja. Apapun bisa dipakai. Tetapi nasi tetap ada karena itu inti dari bibimbap,” kata seorang koki dari Korea, Byung Joon, dalam acara K-Food & Content Festival di FX Sudirman, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bibimbap memang sangat khas dengan campuran sayur, telur, dan gochujang (sambal Korea). Namun apabila Anda ingin mencoba membuat bibimbap dengan bahan sederhana, maka Anda dapat mengganti makanan-makanan pelengkap nasi tersebut dengan yang lain. Tetapi yang tidak boleh diganti adalah nasi.
“Karena bap artinya nasi. Kalau bibim artinya aduk-aduk dalam bahasa Korea. Jadi bibimbap artinya nasi aduk-aduk,” kata Byung Joon.
Dalam penyajiannya, biasanya dalam bibimbap terdapat nasi yang ditaruh di paling bawah mangkuk, kemudian dilengkapi dengan beragam macam bahan makanan lain di atasnya. Hiasan nasi tersebut terkadang terdiri dari beberapa potongan daging, sayuran tumis yang telah dibumbui yang diberi nama namul, doenjang (pasta kedelai), dan gochujang.
Semua pelengkap bibimbap terlihat sangat sederhana dan seperti bahan makanan biasa. Namun yang membuat bibimbap sangat identik dengan Korea adalah beberapa komponen utama pelengkap bibimbap seperti gochujang. Gochujang bukanlah sebuah saus pedas biasa karena pembuatan gochujang sedikit lebih rumit dari saus lain.
Gochujang bukan hanya cabai yang dihaluskan, tetapi juga ada tambahan bawang putih dan terkadang gula. Lalu juga ada tambahan garam, kacang kedelai yang difermentasi, dan bubuk beras ketan supaya gochujang menjadi kental. Menurut resep tradisional dari abad ke-18 ini, gochujang disarankan untuk difermentasi secara alami selama bertahun-tahun di dalam pot terakota di ruang terbuka.
Atau kalau memungkinkan gochujang ditaruh di jangdokdae. Jangdokdae merupakan sebuah tempat, biasanya terletak di halaman rumah yang mana area jangdokdae tanahnya sedikit ditinggikan. Di sana terletak beberapa kuali dari tanah liat yang digunakan para orang Korea untuk menyimpan sesuatu. Biasanya jangdokdae dipenuhi dengan kuali berisi olahan makanan yang sedang difermentasi secara alami agar menghasilkan rasa yang unik.
Gochujang merupakan saus andalan dalam penyajian bibimbap karena rasanya yang unik. Tidak hanya memiliki rasa pedas, tetapi juga sedikit terasa manis.
Bibimbap merupakan salah satu makanan lezat yang sudah ada dari zaman Dinasti Joseon. Menurut laman Korean Cuisine, awal mulanya makanan ini diberi nama goldongban pada periode awal Dinasti Joseon selama masa pemerintahan Raja Sejo (1455-1468). Bibimbap sempat mengalami beberapa kali pergantian nama.
Nama pertama bibimbap, goldongban, memiliki arti “campur” pada “gol”, dan “simpan” pada “dong”. “Goldong” memiliki arti mencampur berbagai benda. Maka dari itu, goldongban artinya adalah sebuah makanan yang mencampur berbagai macam bahan makanan lain dengan nasi yang sudah dimasak. Sementara untuk nama kedua, bubimbap, juga memiliki arti yang sama seperti goldongban. Setelah itu, sekarang makanan campur tersebut disebut sebagai bibimbap.
Bibimbap sebenarnya dapat dimakan kapan saja. Namun ketika zaman Dinasti Joseon, bibimbap merupakan makanan yang selalu dimakan oleh raja ketika siang hari atau ketika keluarga kerajaan sedang bertemu. Bagaimana? Apakah Anda tertarik untuk menyantap makanan ala raja Korea?