REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Akademisi dari Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto, Kavadya Syska mengatakan ampas tahu dapat diolah kembali menjadi tepung tahu. Upaya pengolahan ampas tahu bisa menjadi bagian gerakan makanan tanpa limbah atau zero waste food processing.
"Kedelai yang diolah menjadi tahu akan menghasilkan produk utama berupa tahu dan produk limbah berupa limbah padat ampas tahu dan limbah cair," kata Kavadya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (27/2).
Dalam upaya untuk mencapai zero waste food processing, kata dia, maka limbah padat berupa ampas tahu dapat diolah kembali menjadi tepung tahu dan limbah cair. Kemudian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar biogas.
"Tepung ampas tahu sangat sederhana dan cukup mudah dalam proses pembuatannya. Pertama ampas tahu dikeringkan selanjutnya setelah sampai kadar air tertentu yang sesuai, ampas kering digiling," katanya.
Ukuran tepung, kata dia, ditentukan dengan pengayakan untuk mendapatkan ukuran tepung yang diinginkan atau yang dikehendaki pasar. Tepung ampas tahu, kata dia, memiliki kandungan gizi yang baik dengan jumlah protein yang masih tinggi, disusul lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, fosfor, besi dan vitamin B1.
Tepung ampas tahu dapat dibuat makanan olahan seperti brownies, bolu dan panganan lokal lainnya.
Selain ampas tahu, kata dia, metode yang sama juga dapat dilakukan untuk seluruh pengolahan pangan lainnya. Dia menjelaskan pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi pangan siap konsumsi atau menjadi bahan baku pengolahan pangan lainnya.
"Pengolahan pangan memerlukan suatu proses yang tidak sedikit, dengan demikian sangat dimungkinkan ada limbah dari proses tersebut, dan karena itu, guna meningkatkan daya saing dalam pengolahan pangan. Maka zero waste food processing menjadi penting untuk dikaji dan mendapatkan perhatian serius oleh semua kalangan," katanya.