REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada berbagai jenis garam yang biasa dikonsumsi, yang paling populer adalah garam laut dan garam meja. Hingga kini, masih terdapat perdebatan mengenai manakah garam yang lebih baik antara dua jenis tersebut.
Laman Times of India mengulas, garam laut dan garam meja memiliki kandungan yang berbeda. Proses pembuatan garam laut melewati tahap lebih sedikit dibandingkan garam meja sehingga banyak mengandung mineral seperti magnesium dan kalium.
Penjelasan singkatnya, pembuatan garam laut berasal dari penguapan air laut atau air asin. Sementara, garam meja ditambang dari endapan garam bawah tanah. Jenis yang kedua melewati lebih banyak proses.
Banyak orang berpikir, garam laut lebih sehat karena muatan mineralnya lebih banyak. Namun pada kenyataannya, keduanya punya nilai gizi dasar yang sama. Jumlah berat natrium antara garam laut dan garam meja tidak jauh berbeda.
Berdasarkan studi terbitan Environmental Science and Technology Journal, garam laut memiliki risiko tersendiri. Sebab, air laut sudah banyak tercemar sampah plastik sehingga bisa saja ada kandungan berbahaya dalam garam.
Sementara, garam meja tradisional yang lebih banyak melalui fase pemrosesan dibandingkan garam laut kurang memiliki mineral alami. Penyulingan yang benar membuat garam meja lebih sedikit berisiko mengandung mikroplastik berbahaya.
Sejak tahun 1990-an, produsen garam telah menambahkan yodium dalam produknya. Mineral penting ini berfungsi untuk menjaga tingkat tiroid tetap terkendali. Memilih jenis garam untuk dikonsumsi bisa disesuaikan dengan preferensi masing-masing.
Apapun jenis garamnya, sebaiknya tidak mengonsumsi secara berlebihan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi garam dalam jumlah sedang agar tetap sehat, yaitu kurang dari lima gram per hari.