REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penikmat kopi selalu menemukan cara baru untuk menyeruput minuman kesukaannya. Belakangan, menambahkan mentega ke dalam secangkir kopi semakin menjadi tren.
Dengan mencampurkan dua sendok makan mentega dan sedikit minyak, pecinta kopi menganggap sudah mendapatkan apa yang disebut "kopi antipeluru". Campuran itu dianggap mampu meningkatkan energi dan membantu penurunan berat badan.
Tetapi, apakah tren itu sebenarnya baik atau buruk? Menurut ahli diet Patricia Skolnik, pertama, terlalu banyak menambahkan gula, misalnya, sudah jelas tidak baik. Semakin banyak tambahan gula maka bisa berdampak signifikan pada risiko seseorang terkena penyakit jantung dan penyakit kardiovaskular.
"Jadi menggunakan gula dan krimer mungkin tidak selalu menjadi alternatif yang lebih sehat. Lihat dari jumlah dan apa yang kita masukkan ke dalam kopi kita," kata Patricia Skolnik, dikutip laman WRDW.
Sedangkan untuk tren mencampur kopi dengan mentega, Skolnik menjelaskan, kebiasaan itu menjadi lebih populer terutama bagi orang-orang yang mengikuti diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk menurunkan berat badan, seperti diet ketogenik.
Skolnik meragukan campuran itu baik. Akan tetapi, ia menjelaskan, minuman kopi bermentega memungkinkan orang untuk memenuhi persyaratan harian dari diet ketogenik.
Mentega adalah lemak murni dan tidak mengandung karbohidrat dan protein. Menurutnya, mentega memang bisa dikonsumsi bagi orang yang mencoba mengikuti diet sangat tinggi lemak.
Di lain sisi, hal itu memiliki beberapa risiko kesehatan. Mentega adalah sumber lemak jenuh sehingga orang yang memiliki penyakit jantung atau risiko penyakit kardiovaskular sebaiknya berhati-hati dalam menambahkan mentega ke kopinya.
Terlalu banyak lemak jenuh bisa memperburuk atau memberikan risiko penyakit jantung. Skolnik mengatakan ia belum mencoba campuran itu dan tidak bisa membayangkan kalau rasanya akan terlalu enak.