Kamis 30 May 2019 03:27 WIB

Pedas Membara Kupat Glabed Satai Blengong

Kupat glabed satai blengong adalah sajian khas Brebes.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Kupat glabed dan satai blengong dari Kabupaten Brebes, Jateng.
Foto: Republika/Farah Noersativa
Kupat glabed dan satai blengong dari Kabupaten Brebes, Jateng.

REPUBLIKA.CO.ID, BREBES -- Berkunjung ke daerah lain, tak lengkap bila tak mencicipi kuliner daerah tersebut. Terlebih, menjelang Lebaran adalah momentum liburan yang tepat untuk menjajal kuliner daerah lain.

Adalah kupat glabed satai blengong, merupakan salah satu kuliner khas Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, selain telor asin. Kupat glabed merupakan makanan yang terdiri atas ketupat atau lontong yang dimakan dengan kuah santan khas opor.

Baca Juga

Rasa santan yang muncul pada kuliner ini sangat terasa. Tak hanya warna kuning yang muncul pada kuah santan ini, melainkan warna merah dari cabai rawit juga muncul.

Sehingga, bisa dibayangkan rasa pedas pun muncul ketika potongan ketupat dimakan seiring dengan kuah santan. Tak tanggung-tanggung, rasa pedas dari cabai rawit sangat terasa dan awet.

Rasa pedas tak berhenti sampai di situ. Pasangan kupat glabed, satai blengong juga turut memberikan rasa pedas.

Blengong, merupakan hewan persilangan antara bebek dan angsa. Satai blengong diberi bumbu satai biasa seperti, satai kambing. Namun, bumbu satai blengong juga dicampur cabai rawit merah yang membuat mulut semakin terasa panas.

photo
Satai Blengong.

Tekstur daging blengong sendiri, hampir mirip dengan ati ampela ayam. Potongan daging namun dibuat agak besar, dan ditusuk dengan lidi yang cukup panjang, sekitar 30 cm.

Ajeng Dwi Rahmawati (28), salah satu pemudik yang melintas di alun-alun Brebes, turut mencoba kuliner khas Brebes ini. Perempuan asal Kota Solo itu menyebut kupat glabed sangat mengenyangkan.

"Sebenarnya ketika memakan kupat glabed ini udah pasti terasa kenyang banget. Mungkin karena santan, jadi berat dan mengenyangkan banget," ujar Ajeng.

Ajeng tapi merasa kuliner tersebut sangat pedas, karena campuran cabai rawit yang mendominasi rasa. Oleh sebab itu, menurutnya, makanan ini tak cocok dihidangkan sebagai menu buka puasa lantaran membuat tenggorokan dan perut terasa panas.

Perempuan yang tengah dalam perjalanan mudik itu puas melahap kupat dan satai. Dia mengaku rasa penasarannya terobati, lantaran setiap tahunnya dia selalu hanya melewati kuliner itu.

"Sebenarnya lewat terus tiap tahun. Tapi baru penasaran sekarang dan akhirnya mampir sebentar hanya untuk mencoba," kata dia yang tengah mudik bersama suaminya itu.

Kupat glabed dihargai dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu Rp 7.000 per porsi. Sementara satai blengong, dihargai Rp 7.000 per tusuknya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement