Ceknricek.com -- Jika kebetulan sedang berada di kawasan Bromo, mampirlah ke salah satu rumah makan atau warung yang ada di desa-desa sekitar Kampung Suku Tengger, seperti Tosari, Wonokitri, atau Ngadiwono. Di situ ada kuliner khas bernama Sego Ndeso Tengger.
Sepintas, hidangan khas Bromo ini tak ada bedanya dengan nasi rames atau nasi campur, yang terdiri dari nasi putih dan bermacam-macam lauk-pauk. Namun begitu suapan pertama, baru ketahuan, kalau Sego Ndeso Tengger bukanlah nasi rames biasa.
Keistimewaan nasi rames ini karena Sego Ndeso Tengger menggunakan olahan jagung, dengan bentuk menyerupai nasi. Warnanya pun putih, seperti nasi yang berasal dari beras biasa.
“Jagung yang tumbuh di sekitar Bromo memang warnanya putih,” kata Ibu Menur, pemilik Warung Gayatri, seperti dikutip Pesona Travel, belum lama ini.
Untuk yang baru pertama kali mencicipi, pasti merasa asing karena rasanya yang tawar, tidak manis seperti nasi putih. Teksturnya juga sangat lembut, menyerupai parutan kelapa yang halus, bukan butiran seperti nasi putih juga. Maka tak mengherankan jika setelah menyantap nasi jagung putih, perut tak terasa “sepenuh” seperti makan nasi putih.
Baca Juga: Mencicipi Mie Ongklok Di Tengah Dinginnya Udara Dieng
Kalau belum terbiasa dengan nasi jagung putih, Ibu Menur menyarankan untuk mencampurnya dengan nasi putih.
Sego Ndeso Tengger disajikan bersama Ayam Lodo Pedas (ayam rebus berkuah bumbu rempah pedas), ikan sileman (sepat) asin yang digoreng tepung tipis, tempe goreng, perkedel, dan urap (rebusan bayam, taoge, kubis yang ditaburi parutan kelapa berempah), plus sambal tomat mentah. Lengkap dan menggugah selera. Pas untuk dinikmati sebagai makan siang, sambil ditemani teh manis atau jeruk hangat.
Satu porsi Sego Ndeso Tengger dijual pada kisaran harga Rp 20 ribu. Lumayan terjangkau untuk ukuran hidangan selengkap itu di kawasan daerah wisata.
BACA JUGA: Cek Berita AKTIVITAS PRESIDEN, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.