Rabu 13 Nov 2019 11:24 WIB

Yogyakarta Gelar Festival Jamu Bertaraf Internasional

Festival jamu akan diselenggarakan menjelang akhir pekan nanti.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nora Azizah
Jamu dengan kemasan kekinian (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan
Jamu dengan kemasan kekinian (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Budaya minum jamu saat ini nyaris hilang, khususnya di generasi milenial. Padahal, jamu menjadi salah satu resep tradisional untuk minuman kesehatan di Indonesia.

Ada sejumlah alasan generasi muda tidak suka minum jamu, yakni mulai rasa yang pahit. atau dikaitkan dengan gaya orang tua. Maka tak heran bila anak muda lebih memilih minuman boba atau kopi susu kekinian dibandingkan jamu.

Baca Juga

Melihat fakta itu, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) tergelitik mengembalikan tren minum jamu sebagai warisan budaya bangsa. Bentuk kepedulian terhadap jamu dituangkan melalui Festival Jamu Internasional.

Gelaran itu akan dilaksanakan pada 14-17 November 2019 di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta. Kegiatan ini tidak hanya melestarikan jamu, tetapi juga menampilkan ragam produk-produk jamu olahan UMKM Tanah Air.

"UGM perhatian untuk mengangkat kembali jamu ke permukaan, bersama Keraton menggaungkan nilai-nilai yang berhubungan dengan jamu di masyarakat," kata Dekan Fakultas Farmasi UGM, Agung Endro Nugroho, Rabu (13/11).

Ia berharap, jamu bisa kembali melekat dalam gaya hidup masyarakat Indonesia. Tak hanya itu, festival ini akan menjadi jalan untuk kembali memperkenalkan jamu ke mata dunia. Dengan demikian jamu bisa menjadi sebuah ikon yang dibanggakan masyarakat Indonesia.

"Jadi, saat ada wisatawan asing datang ke Yogyakarta, mereka tidak hanya mencari bakpia, tapi juga mencari jamu sebagai minuman menyehatkan dari Indonesia," ujar Endro.

Koordinator Festival Jamu Internasional, Ronny Martien menjelaskan, festival ini memiliki serangkaian acara, mulai expo jamu, performing art mbok jamu, reog, hingga loka karya. Selain itu, akan ada bincang-bincang jamu dengan 14 negara-negara dunia yang nantinya akan berbagi cerita tentang jamu, khususnya tentang keberadaan jamu di masing-masing negara.

Ronny berharap, penyelenggaraan festival ini bisa membuat jamu bersaing dengan produk minuman kekinian. Terlebih, secara historis jamu bisa bertahan sampai sekarang.

"Tapi, masih jadi produk yang terpinggirkan. Karenanya, kita mencoba menaikkan level jamu tidak hanya sebagai minuman kesehatan, tapi sebagai hasil budaya," kata Ronny.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement