REPUBLIKA.CO.ID, BATUSANGKAR -- Minuman tradisional khas Minangkabau yang berasal dari Kabupaten Tanah Datar terpilih menjadi minuman tradisional populer nomor dua di Indonesia. Penganugerahan tersebut diumumkan pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2019 dari Kementerian Pariwisata di Jakarta akhir pekan kemarin.
Penganugerahan tersebut diterima Wakil Bupati Tanah Datar, Zuldafri Darma. Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tanah Datar, Abdul Hakim menyebut, terpilihnya kawah daun sebagai minuman tradisional populer akan memberikan dampak positif terhadap sektor pariwisata di Kabupaten Tanah Datar, bahkan Sumatra Barat secara umumnya.
Abdul menjelaskan, kawah daun juga terdapat di sejumlah kabupaten lain di Sumatra Barat,seperti Kabupaten Lima Puluh Kota, Kota Payakumbuh, dan KotaBukittinggi. Dengan penghargaan ini, Abdul berharap kawah daun lebih dikenal seantero nusantara, bahkan dunia.
Kawah daun adalah minuman hangat yang terbuat dari racikan daun kopi yang dikeringkan, kemudian diracik, dan direbus. Minuman semacam teh yang berasal dari daun kopi ini di Kabupaten Tanah Datar belum diproduksi oleh pabrik.
Menurut Abdul, industri rumahan kawah daun cukup menjamur di kabupaten berjuluk Luhak Nan Tuo itu. Di Tanah Datar, konsumen dapat menemukan kawah daun di daerah-daerah dataran tinggi seperti di Pariangan, Tabek Patah, Sungai Tarab, Sungayang, dan Lintau.
Menurut Abdul, sudah banyak industri rumah tangga yang mendistribusikan kawah daun ke beberapa daerah lain di Sumatra Barat sampai ke luar provinsi. Kawah daun bahkan sudah mulai mudah ditemukan di Jakarta, seperti di Kedai Kawah Wahidin di Tebet, Jakarta Selatan dan Depok, Jawa Barat.
Abdul mengungkapkan, minuman kawah daun yang cukup terkenal di Kabupaten Tanah Datar berada di Nagari Koto Tuo tepatnya di kaki lereng Gunung Marapi. Setelah itu, baru menyebar di beberapa daerah lain.
Walau minuman ini sudah ditemukan juga di kabupaten lain, Abdul meyakini kawah daun khas tanah datar sangat berbeda dengan daerah lain. Salah satunya terdapat pada aroma kawah daun yang berasal dari daun pilihan.
Kawah daun telah ada sejakzaman kolonial. Pada masa penjajahan, masyarakat lokal tidak dapat menikmati kopi seperti sekarang karena bijinya diekspor ke Belanda.
Untuk membuat minuman buat jamuan atau minuman saat bersantai, masyarakat lokal menciptakan minuman dari racikan daun kopi. Masyarakat Minangkabau pun melestarikan minuman ini sampai sekarang. Selain karena rasanya yang nikmat dan aroma harum, kawah daun juga digemari berkat harganya yang relatif terjangkau.
Republika.co.id kerap mencicipi kawah daun di Sungai Tarab dan Tabek Patah hanya dengan harga Rp 4.000 per gelas. Gelas yang disajikan penjual kedai kawah daun juga unik. Bukan dari gelas atau cangkir kaca, tapi dengan wadah dari tempurung atau batok kelapa yang telah dibersihkan dengan cara dikikis halus.
Kedai-kedai kawah daun di Tanah Datar menyediakan aneka makanan selingan buat menikmati minuman hangat tersebut. Aneka gorengan dan bika bakar yang terbuat dari adonan gula dan kelapa cocok dinikmati bersama kawah daun.