REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah makan Kepala Manyung Bu Fat terus menjaring pelanggan baru. Di usianya yang sudah lebih dari setengah abad, kedai yang berasal dari Semarang ini telah ekspansi hingga ke Ibu Kota dengan dua gerai, yakni di Cempaka Putih, Jakarta Pusat dan Cipete, Jakarta Selatan.
Apa rahasia sukses kuliner legendaris tersebut? Pemilik restoran Kepala Manyung Bu Fat, Banik Yoandanny, mengatakan rahasia utamanya ialah kemampuan menjaga kualitas rasa.
Setiap hari, menurut Banik, pihaknya melakukan pengecekan rasa untuk memastikan kesesuaiannya dengan resep Bu Fat. Sebagai generasi ketiga keluarga Bu Fat, Banik rajin mengecek kualitas ikan manyung dari berbagai daerah, termasuk Papua, Indramayu, dan Jawa Timur.
Banik Yoandanny, pemilik rumah makan Kepala Manyung Bu Fat.
Banik mengatakan, Kepala Manyung Bu Fat juga mengembangkan sisi pelayanan. Mereka menghadirkan suasana restoran yang nyaman dan cocok untuk keluarga sehingga pelanggan betah berada di rumah makan Kepala Manyung Bu Fat, terutama yang di kawasan Jakarta.
Banik mengaku ingin meneruskan usaha keluarganya itu lantaran kepala ikan manyung ini cukup terkenal. Mengingat makanan ini legendaris, ia sangat disayangkan apabila bisnis sang nenek tidak dilanjutkan kemudian masakan itu hilang dari khasanah kuliner Indonesia.
"Cucunya baru saya yang buka restoran Bu Fat. Di Semarang, Eyang dan Ibu yang menjalankan," kata Banik.
Setia dengan resep kepala manyung neneknya, Banik berimprovisasi dengan dekorasi interior rumah makannya. Di samping itu, ia melengkapi menu dengan tumis bunga pepaya, kikil sapi, sayur krecek, lodeh, jamur, dan lainnya. Baik juga menambahkan aneka sambal, mulai dari sambal matah dan sambal kecombrang.
Awalnya, Kepala Manyung Bu Fat hanyalah makanan warung biasa. Namun, kuliner ini telah menjelma menjadi hidangan premium.
"Yang membuat premium, bumbunya berbeda. Cabainya pedas dan santannya santan asli," ujarnya.