Senin 27 Jan 2020 01:00 WIB

Bubur Pedas Jadi Simbol Persatuan Warga Kalimantan

Bubur pedas mudah ditemukan di Kalimantan.

Bubur pedas khas Kalimantan menjadi simbol silaturahim dan persatuan warga.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Bubur pedas khas Kalimantan menjadi simbol silaturahim dan persatuan warga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi penikmat kuliner terutama di Kalimantan Barat, bubur pedas sudah tidak asing lagi. Bubur pedas menjadi salah satu di antara masakan khas di provinsi tersebut serta menjadi simbol persatuan.

"Kuliner khas dari Kabupaten Sambas ini, bukan hanya sebagai panganan khas daerah semata, namun sudah menjadi simbol untuk menjalin dan mempererat silaturahim baik sesama keluarga besar, tetangga, kelompok tertentu atau bahkan khalayak ramai," ujar satu di antara warga Sambas, Salam di Pontianak, Ahad.

Baca Juga

Salam menyebutkan, bagi masyarakat Sambas, membuat bubur pedas menjadi ajang atau momen bersama silaturahim. Mereka terbiasa menyantapnya bersama-sama.

"Agenda membuat bubur pedas kadang dilakukan saat libur keluarga, ketika bertemu teman lama atau agenda diskusi atau lainnya. Jadi tidak asing lagi bagi warga Sambas atau lainnya, kegiatan membuat bubur pedas menjadi agenda utama secara bersama," jelas dia.

Salim menjelaskan bahwa bahan-bahan untuk membuat bubur pedas utamanya beras ialah yang dioseng dan dijadikan bubuk, bawang, dan ketumbar. Sementara itu, sayuran yang digunakan sangat bervariasi.

Seiring waktu, menurut Salim, jenis sayuran yang digunakan makin bertambah. Akan tetapi, sayur pakis menjadi satu yang wajib ada. Pakis merupakan sayuran liar yang tumbuh di semak-semak dan mudah ditemukan di lahan gambut dan dataran rendah.

"Selain pakis juga yang harus ada ialah daun kunyit, daun kesum, daun singkil, umbut lengkuas, ubi, dan jagung," jelas Salim.

Bubur pedas sangat mudah ditemukan di berbagai daerah di Kalbar. Masyarakat banyak yang menjajakannya, seperti Bubur Pedas Pak Ngah di Kota Pontianak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement