REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA — Mendengar nama belalang, yang terbesit adalah serangga berwarna hijau yang suka melompat di tanaman. Hewan ini juga menjadi musuh bagi para petani karena merupakan hama tanaman padi di sawah.
Mulai dikenal sebagai potensi sumber pangan, olahan belalang berkembang menjadi kuliner. Hama padi ini bisa diolah menjadi kudapan lezat yang disukai sebagian orang.
Salah seorang warga Desa Cirangkong, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Purwakarta, Yahya (30) mulai melirik usaha kuliner berbahan dasar belalang. Berawal dari kesukaannya pada masakan belalang goreng yang menjadi panganan masa kecilnya pasa 2015, Yahya mulai mencoba-coba membuat olahan belalang.
“Memang hobi makan belalang dari dulu. Saya perhatikan juga masih jarang yang jual belalang goreng di Purwakarta. Kalau dulu sering nangkap bareng tetangga, dimasak, dimakan. Jadi inget masa lalu,” kata Yahya kepada Republika, Sabtu (1/2).
Ternyata, kuliner olahannya disukai banyak orang di sekitar yang juga sudah lama tidak menemukan belalang goreng di Purwakarta. Mereka juga rindu rasa asam, manis, dan gurih serta sensasi kriuk dari belalang yang dulu sering ditemui.
Ia pun mulai melirik bisnis kuliner berbahan dasar belalang atau dalam bahasa sunda simeut. Diberi nama Goreng Simeut Cirangkong, ia bersama istrinya mulai mengembangkan bisnis kuliner tradisional ini.
Usaha ini dijalankannya di rumahnya yang terletak di Desa Cirangkong, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Purwakarta. Belalang yang telah disortir dari pengepul di Subang, Tasikmalaya hingga Sumedang yang dikirim ke dapur sederhananya.
Diawali proses pengukusan, bumbu khas simeut goreng Purwakarta diolah yang di antaranya gula, asam jawa, lengkuas, dan garam. Bumbu yang dihaluskan kemudian dimasak bersama belalang yang telah dikukus agar meresap. Setelah tercampur, belalang siap digoreng dan dibumgkus plastik dengan berat 0,5 ons.
Proses yang tak terlalu sulit dengan bahan baku yang mudah dicari, bisnisnya terus berkembang. Kini dalam satu hari ia bisa menjual Goreng Simeut Cirangkong 5-10
kilogram.
“Mentahnya yang baru dikukus atau sudah dibumbuin juga banyak yang pesan. Kalau mentah bisa 15 kilogram sehari,” ujarnya.
Goreng Simeut Cirangkong buatannya diakui berbeda dengan belalang goreng yang dijual di daerah lain. Di Jawa, kuliner ini identik dengan rasa gurih dan sensasi kriuk. Produknya justru ingin mempertahankan cita rasa sejak dulu di Purwakarta yakni asam dan manis. Sepintas, saat dikunyah belalang goreng bertekstur seperti udang yang digoreng kering.
Ia ingin terus melestarikan kudapan lokal ini. Nyatanya, masih banyak juga yang menyukai dan rindu panganan yang bisa dimakan sebagai camilan atau lauk dengan nasi ini. Selain rasanya yang nikmat, kuliner ini juga menyehatkan sebagai sumber protein dan vitamin yang tepat menjadi pilihan.
“Sudah jadi rahasia umum kalau belalamg ini kandungan nutrisinya banyak. Rendah kolesterol. Meskipun suka disebut udang darat tapi ini rendah kolestoral jadi lebih sehat,” tutunya.
Kini, pria yang sejak dulu bergelut di wirausaha bisa menghasilkan omzet Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta setiap harinya dari hama belalang. Produknya ini sudah terjual bahkan hingga ke Hongkong dan Thailand. Banyak reseller yang juga mengambil barang darinya untuk dijual kembali. Untuk harga, perbungkus dijualnya Rp 10 ribu.
Produknya juga telah diakui sebagai oleh-oleh khas Purwakarta. Goreng Simeut Cirangkong masuk dalam produk unggulan yang ditampilkan di Galeri Menong yang merupakan wadah bagi UMKM Purwakarta.