Senin 28 Mar 2016 06:39 WIB

Penanganan Alergi Pada Anak Perlu Dilakukan Sedini Mungkin

PT Sarihusada Generasi Mahardika (Sarihusada) yang menghadirkan para ahli dibidangnya ini mengambil tema ‘Early Life Nutrition: Dasar-dasar dan Pedoman Praktis Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak dengan Alergi Protein Susu Sapi’
Foto: IST
PT Sarihusada Generasi Mahardika (Sarihusada) yang menghadirkan para ahli dibidangnya ini mengambil tema ‘Early Life Nutrition: Dasar-dasar dan Pedoman Praktis Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak dengan Alergi Protein Susu Sapi’

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak dengan faktor risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi memerlukan upaya penanganan sejak dini.

Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA9K), MKes -  Konsultan Alergi Imunologi Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran mengatakan, hal tersebut untuk optimalisasi tumbuh-kembang anak dan pencegahan dampak jangka panjang.

"Salah satu upaya penanganan sejak dini yang paling penting adalah pemberian nutrisi awal kehidupan yang tepat, yaitu nutrisi yang mudah dicerna dan well toletared bagi anak-anak yang tidak toleran terhadap protein susu sapi," ujar Budi dalam diskusi Nutritalk yang diselenggarakan PT Sarihusada Generasi Mahardika.

Menurutnya, sebesar apapun risiko alergi yang dimiliki anak, penanganan sedini mungkin perlu ditempuh. Sehingga anak terhindar dari dampak jangka panjang alergi dan tumbuh kembang tidak terhambat.

"Khusus untuk anak-anak dengan risiko tinggi alergi karena riwayat orang tua, diperlukan pengawasan yang lebih intens untuk memastikan tumbuh-kembang anak yang optimal," kata dia.

Ia menjelaskan, anak-anak dengan kedua orang tua memiliki dengan kedua orang tua memiliki riwayat alergi memiliki risiko alergi sebesar 40 sampai 60 persen. Risiko ini lebih besar lagi pada anak-anak dengan kedua orang tua yang memiliki riwayat alergi dan manifestasi sama, yaitu sebesar 60 sampai 80 persen.

"Anak dengan salah satu orang tua memiliki riwayat alergi berisiko mengalami alergi sebesar 20 sampai 30 persen. Jika saudara memiliki riwayat alergi, anak berisiko mengalami alergi sebesar 25 sampai 30 persen. Bahkan anak dengan orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi pun berisiko mengalami alergi sebesar 5 sampai 15 persen," kata Budi.

"Pengawasan tersebut termasuk memantau dan mengenali gejala klinis alergi, mengenali alergen pemicu, serta melakukan intervensi nutrisi berupa memantau asupan nutrisi dan mengganti asupan nutrisi dengan nutrisi yang lebih mudah dicerna dan well tolerated," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement