Senin 19 Feb 2018 09:37 WIB

Ayah Tunggal Berisiko Kematian Tinggi

Ayah tunggal lebih berisiko dua kali lebih tinggi dan lebih cepat meninggal dunia.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ayah dan anak. Ilustrasi
Foto: familycovers.com
Ayah dan anak. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru diterbitkan Lancet Public Health membandingkan hasil diagnosa kesehatan 871 ayah tunggal, 4.590 ibu tunggal, dan pasangan menikah (terdiri dari 16.341 suami dan 18.688 istri) selama 11 tahun. Hasilnya cukup mengkhawatirkan dan mengejutkan.

Peneliti mengklasifikasikan gaya hidup, usia, status sosial, status ekonomi. Mereka menemukan ayah tunggal lebih berisiko dua kali lebih tinggi dan lebih cepat meninggal dunia dibandingkan menjadi ibu tunggal atau pasangan suami istri.

Bias negatif dalam penggambaran pria lumrah di mata media dan masyarakat. Profesor Psikiatri di McGill dan spesialis kesehatan mental pria, Robert Whitley mengatakan publik lebih perhatian pada isu-isu seputar wanita, sementara artikel dan penelitian tentang pria sedikit.

Kakek dan Nenek Ketahuilah Ini Saat Memiliki Cucu

"Ini mungkin mengejutkan banyak orang bahwa pria sebetulnya lebih rentan dari pada wanita dalam hal indikator kesejahteraan," kata Whitley, dilansir dari Psychology Today, Senin (19/2).

Selain tingkat kematian dini lebih tinggi, pria juga rentan bunuh diri, kecelakaan di tempat kerja, dan kematian di tempat kerja. Statistik pemerintah Kanada misalnya menyebutkan pria biasanya menerima hukuman lebih keras di pengadilan jika terlibat kasus kriminal dan kasus-kasus keluarga ketimbang wanita. Hanya tujuh persen dari mereka yang menerima hak asuh penuh atas anak-anak mereka.

Statistik kekerasan dalam rumah tangga di Kanada melaporkan pria dan wanita hampir sama mengalami kekerasan. Wanita sekarang mewakili 60 persen dari seluruh lulusan sebuah universitas di seluruh disiplin ilmu. Anak laki-laki putus sekolah di Quebec jumlahnya dua kali lipat lebih banyak dibanding anak perempuan yang putus sekolah.

Peneliti di Manhattan Institute dan penulis buku 'Manning Up,' Kay S Hymowitz menambahkan pada 2011 tren bergeser di negara-negara Barat . Anak perempuan bisa mengejar anak laki-laki di level sekolah, tempat kerja, bahkan karier politik.

Psikolog, Philip Zimbardo mengatakan budaya antimaskulin adalah risiko tersembunyi yang menurunkan kualitas kesehatan pria dan anak laki-laki. Dia meminta perempuan dan laki-laki sama-sama saling menghargai, menghormati, dan menghargai martabat satu sama lain terlepas dari jenis kelamin, ras, dan agama.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement