REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangku sekolah menjadi tempat anak dalam mengeksplorasi diri untuk bertemu banyak orang dan belajar hal baru. Namun nyatanya, pendidikan anak berawal dari keluarga dan bahkan anak belajar sejak lahir.
Menurut pendiri Tiga Generasi sekaligus penulis buku Anti Panik, Noella Birowo, mempersiapkan anak masuk sekolah dihadapkan pada kendala seperti anak takut mencoba hal baru dan tidak peka pada lingkungan sekitar. Di sinilah peran orang tua sebagai 'sekolah' pertama untuk mengasah kemampuan motorik, sensorik dan sosial anak sejak dini.
Diantaranya dengan menghindari penggunaan gawai ketika bermain dengan anak. Generasi alfa, yakni anak yang lahir pada 2010 ke atas merupakan anak yang cakap dengan gawai dibanding generasi sebelumnya.
"Positifnya memang anak lebih cepat ngulik gadget, tapi minusnya, anak jadi gampang bosan dan karena hanya interaksi satu arah, gadget bisa dianggap sebagai baby sitter," katanya pada acara bincang-bincang Parenting 101, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, penggunaan gawai untuk anak dikenalkan ketika usia dua tahun. "Waktu bermain dengan gadget tidak lebih dari 30 menit," lanjutnya.
Wanita yang biasa disapa Ui ini menuturkan bahwa mainan dan bermain dengan orang tua dapat membuat stimulasi motorik, sensorik dan sosial anak berkembang baik. "Ketika membelikan anak mainan, bukan berarti asal membelikan, ada komunikasi dua arah antara anak dan orang tua," katanya.
Dengan stimulasi motorik, sensorik dan sosial anak yang berkembang dengan baik, Ui menuturkan bahwa anak akan lebih siap ketika memulai belajar di sekolah. "Anak dapat berbicara pada orang tua dan tidak menyembunyikan sesuatu dari apa yang terjadi di sekolah," lanjutnya.