REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang tua membiarkan anak balitanya menggunakan gawai. Namun ternyata hal tersebut harus dihindari. Penggunaan gawai memberi dampak negatif seperti cepat bosan dan tidak tertarik dengan permainan atau aktivitas bergerak.
Tentu hal itu akan mempengaruhi stimulasi motorik, sensorik dan sosial anak sehigga tumbuh kembang anak terganggu. Menurut pendiri Tiga Generasi dan penulis buku parenting Anti Panik, Noella Birowo, tidak ada kata terlambat dalam menghentikan ketergantungan anak pada gawai, termasuk televisi.
"Tidak ada waktu terlambat untuk membiasakan anak bermain baik dalam ruangan maupun luar ruangan. Sama seperti gawai, meskipun terlambat dan sulit adaptasi tapi bisa."
Menurutnya waktu bermain gawai diberikan pada anak usia 2 tahun dengan waktu bermain 30 menit sehari. "Saya bukan tidak pro ke gawai, tapi memang ada waktunya," katanya.
"Anak memang harusnya bermain, memegang berbagai tekstur. Kalo dimasukkan ke mulut itu nalurinya, dengan bermain anak bisa lakukan berbagai macam aktivitas. Kalau dari gawai kan nggak bisa untuk melakukan itu," lanjutnya.
Jika memang harus bermain dengan gawai seperti ponsel dan tablet, wanita yang biasa disapa Ui ini menyarankan untuk memilih permainan dua arah. "Seperti mewarnai dengan jari atau menari dengan lagu seperti baby shark," katanya.
Orang tua juga perlu untuk mendampingi anak dalam bermain gawai. Dengan cara tersebut, anak dan orang tua dapat saling berkomunikasi. "Seperti ketika melihat warna, oh ini warna merah, ajak anak cari lagi apalagi benda yang warna merah," ujarnya.