Ahad 04 Mar 2018 17:31 WIB

Soal Anak dan Gawai, Ini Saran Psikolog

Bicara gawai dan penggunaannya pada anak memiliki dampak positif dan negatif.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Agung Sasongko
Ponsel Pintar Ilustrasi
Foto: Screen Capture Youtube
Ponsel Pintar Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bicara gawai dan penggunaannya pada anak memiliki dampak positif dan negatif. Hal tersebut diungkap Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo.

"Dampak positif memberikan gawai pada anak adalah akses informasi super mudah dan cepat, memiliki jangkauan pengetahuan super luas, menjadi teman belajar yang atraktif dan membuat anak melek teknologi," papar Vera pada Republika.co.id, Ahad (4/3).

Vera menuturkan bahwa dengan gawai, anak dapat mengembangkan digital literacy. Digital Literacy adalah kemampuan untuk secara egektif dan kritis untuk menerima dan memberikan informasi melalui alat-alat digital.

Seperti dua sisi koin, pemberian gawai pada anak tentu memiliki dampak negatif. Vera menuturkan, anak dapat terkena berbagai gangguan seperti gangguan fisik atau motorik, konsentrasi, komunikasi atau bicara dan gangguan tidur. Bahkan, pemberian gawai pada anak dapat menimbulkan cyberbullying, sexting, dan kecanduan.

"Keterampilan interaksi sosial juga dapat menurun karena lebih banyak melalui gadget, tidak face to face atau kesulitan membaca non verbal cues, seperti ekspresi wajah lawan bicara," sambungnya.

Tidak hanya itu, pemberian gawai pada anak dapat mengganggu kualitas hubungan di dalam keluarga menurun, "seperti ketika makan bersama, semua asyik dengan gawai," jelasnya.

Vera menyampaikan jika anak mengalami ketagihan dengan gawai orang tua dapat meminta bantuan ahli jika dibutuhkan. "Ajak anak bicara dan jadikan ini masalah bersama lalu ajak anak melakukan sesuatu untuk mengatasinya," sarannya.

Untuk itu, Vera menyarankan orang tua untuk mengurangi interaksi anak dengan gawai secara bertahap. "Hargai usaha anak untuk mengurangi meski baru sedikit. Apresiasi dari ortu akan memacu anak untuk terus berusaha," jelasnya.

Selain mengurangi interaksi, orang tua juga perlu menyediakan kegiatan alternatif untuk mengganti kebiasaan anak main dengan gawai. "Sejauh ini, main di luar rumah bisa mengalahkan daya tarik gawai ini," tutupnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.

(QS. An-Nisa' ayat 136)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement