REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memperingati Hari Keluarga Nasional XXV tahun 2018, semangat resiliensi baik secara fisik atau mental perlu diusung guna membangun keluarga kuat di era modern. Keluarga yang kuat tentu akan siap menghadapi kondisi dalam berbagai fase kehidupan.
Psikolog Keluarga, Retno Dewanti Purba, mengatakan, relisiensi sering diartikan sebagai ketahanan untuk mengatasi kesulitan atau untuk berkembang meskipun menghadapi tantangan dan kesulitan. Semangat relisiensi dijadikan nilai keluarga yang dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
"Itulah sebabnya bangunan sebuah keluarga haruslah kuat agar mampu menghasilkan generasi tangguh yang menjadi landasan untuk membangun negara yang tangguh," ujar Retno Dewanti.
Dalam membangun resiliensi, orang tua perlu membangun karakteristik perilaku positif dalam diri anak-anak. Karakteristik perilaku yang positif meliputi tradisi kebersamaan, bertukar informasi yang komunikatif dan kooperatif hingga membiasakan anak untuk hidup aktif dan sehat.
Retno mengatakan, mengembangkan ketrampilan resiliensi adalah sebuah perjalanan personal. Dan orangtua hendaknya menggunakan pemahaman tentang anaknya untuk menuntun mereka melalui perjalanan mencapai ketangguhan.
Perjalanan ini bisa jadi bersifat unik, tidak sama antar satu individu dengan individu lainnya. Saat anak mengalami masa sulit dan dia memiliki orang dewasa yang bisa membantunya tentu akan memperkuat ketahanan dan ketangguhannya dalam menghadapi masalah.
"Orang tua harus memastikan adanya hubungan yang suportif antara anak dan orang dewasa (significant others). Bagi anak-anak tentu tak selalu mudah untuk berani menghadapi masalah, mencari jalan keluar dan bangkit kembali. Orang dewasa di sekitar anak punya potensi besar untuk memastikan bahwa keberadaannya memiliki efek dukungan positif pada anak," kata dia.
Hal ini tentunya sangat membantu anak untuk merasa yakin bahwa dia bisa menghadapi masa sulit dan ada orang yang dipercaya untuk mendampingi.
"Dengan adanya dukungan positif dari orang dewasa, termasuk orangtua, maka anak belajar untuk memupuk rasa percaya diri, kemampuan memecahkan masalah dan kontrol diri," ujar Retno.
Orang tua juga diharapkan dapat membangun generasi resilien yang sehat dan aktif lewat penerapan nilai dan kebiasaan baik yang ditanamkan secara konsisten. Aktivitas minum susu dan olahraga yang dilakukan secara bersama dapat menjadi solusi praktis dalam menanamkan budaya dan kebiasaan baik, sekaligus mempererat ikatan kekeluargaan yang lebih kuat.
Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia Andrew F. Saputro, dalam keterangan tertulis, mengatakan, di Hari Keluarga Nasional tahun ini pihaknya turut mendukung resilensi dalam keluarga. Mendukung para keluarga untuk menjadi keluarga kuat yang mampu menghadapi berbagai tantangan.
Semangat ini juga sejalan dengan semangat Hari Keluarga Nasional yang digagas oleh pemerintah yakni membangun keluarga kuat.
"Sebagai perwujudan nilai tersebut, kami terus berupaya memenuhi kebutuhan gizi keluarga Indonesia melalui berbagai produk susu dengan kandungan gizi yang bermanfaat bagi setiap anggota keluarga. Kami senantiasa ingin menjadi bagian dari pertumbuhan keluarga Indonesia agar selalu sehat dan kuat," ujar Andrew.