REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melakukan komunikasi efektif merupakan alat penting dalam belajar cerdas digital. Terkadang beberapa orang tua memberikan nasihat kepada anaknya untuk menghentikan penggunaan gadget.
Praktisi parenting, Najeela Shihab mengatakan, berkomunikasi dengan memberikan nasihat merupakan salah satu cara yang kurang efektif untuk anak. Mereka bahkan cenderung tidak akan menerima nasihat.
"Nasihat kurang efektif, anak-anak itu kalau denger nasihat kupingnya ditutup. Kalau dulu kata ibu saya, masuk keluar kuping kanan-kiri, kalau sekarang langsung membal. Begitu denger 'Tuh kan matanya perih', begitu denger 'Tuh kan', anak langsung nggak denger," kata Najeela di Jakarta, Sabtu (21/7).
Ia mengatakan, ada cara lain yang bisa dilakukan orang tua, yakni melalui komunikasi refleksi pengalaman. Seorang ibu dapat mengatakan, pengalaman yang ia rasakan sebelumnya dalam penggunaan gadget, sehingga dapat memberikan dampak buruk.
"'Aku juga dulu waktu pertama kali punya handphone, seneng banget sampai rasanya susah berhenti, tapi mataku perih'. Ini pesan yang disampaikan sama, jangan kelamaan main handphone nanti matanya perih," kata wanita yang akrab disapa Ela ini.
Kemudian, orang tua juga sebaiknya jangan menginterogasi anak, dengan memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi. Namun dapat menyatakan observasi, penggunaan gadget yang telah dipakai, misalnya sudah sampai satu jam.
Selain itu, anak juga tidak suka diberikan perintah. Tetapi, berikanlah pilihan dan antisipasi contohnya, ada tugas yang harus diselesaikan, pilih kerjakan tugas dahulu baru bermain, atau bermain dulu baru kerjakan tugas.