Selasa 07 Aug 2018 11:45 WIB

Jangan Larang Anak Pilih-Pilih Makanan, Ini Sebabnya

Studi menyebutkan tidak ada efek negatif kepada anak yang picky eater

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kebiasaan anak makan sehat harus ditanamkan sejak usia dini.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kebiasaan anak makan sehat harus ditanamkan sejak usia dini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang tua mengalami kesulitan menghadapi anak atau balita yang gemar pilih-pilih makanan. Berbagai cara pun dilakoni, mulai dari membujuk sampai memarahi, agar anak tidak meminta menu yang itu-itu saja.

Pakar nutrisi menganjurkan orang tua untuk tidak terlalu keras melarang anak yang sudah terlanjur pilih-pilih makanan. Selain tidak ada gunanya, studi terkini yang dipublikasikan di jurnal Appetite mengungkap bahwa anak akan baik-baik saja.

"Tekanan orangtua tidak memiliki efek, baik atau buruk, pada kebiasaan makan atau perubahan berat badan anak saat dia tumbuh," kata Julie Lumeng, penulis studi yang berprofesi sebagai dokter anak di Michigan, Amerika Serikat.

Profesor penelitian di Pusat Pertumbuhan dan Pengembangan Manusia Universitas Michigan itu melakukan riset terhadap keluarga dari 244 kelompok etnis. Kebiasaan pilih-pilih makanan rata-rata didapati pada anak yang berusia dua sampai tiga tahun.

Dia membandingkan taktik tekanan orang tua dengan pertumbuhan anak serta tingkat pengurangan perilaku pilih-pilih makanan. Berdasarkan studi, pemaksaan makan seperti apapun tidak membuat buah hati tumbuh lebih tinggi atau lebih sehat.

Dokter anak Melanie Potock yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan banyak orang tua merasa bersalah bila tidak melakukan apapun. Ayah bunda di rumah menganggap apa yang dimakan anak termasuk dalam tanggung jawab kepengasuhan mereka.

Hal itu memang tidak salah, tetapi bisa dilakukan dengan pendekatan yang lebih baik. Alih-alih memaksa anak mengunyah dan menelan makanan yang tidak disukai, cari metode lain di mana anak bisa menumbuhkan keingintahuan dan kesukaan pada menu bervariasi.

Penulis buku //Adventures in Veggieland// itu menyarankan menanam sayuran di rumah jika memungkinkan. Bisa juga memainkan permainan sederhana dengan kacang atau menceritakan bagaimana sayuran tumbuh lewat dongeng menarik seperti "Jack dan Kacang Ajaib".

"Tapi jangan serta-merta mengatakan 'makan buncismu!' atau sejenisnya. Orang tua bisa membuat anak memakannya saat itu, tetapi tidak membuatnya menyukai atau punya rasa ingin tahu terhadap makanan," kata Potock, dikutip dari laman //CNN//.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement