Ahad 19 Aug 2018 01:16 WIB

Ajarkan Anak Bersikap Sportif Sebelum Berkompetisi

Banyak orangtua dinilai terburu-buru mengajarkan anak berkompetisi.

Peserta memprogram robot smart city buatan mereka saat mengikuti Kompetisi Robotic Anak di Indonesia Convention Exebation (ICE) Serpong, Tangerang, Banten, Minggu (22/4).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Peserta memprogram robot smart city buatan mereka saat mengikuti Kompetisi Robotic Anak di Indonesia Convention Exebation (ICE) Serpong, Tangerang, Banten, Minggu (22/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengajarkan anak untuk berkompetisi lebih awal dinilai sebagai hal kurang tepat. Orang tua justru diimbau mengajarkan anak terlebih dahulu untuk memiliki sikap sportif.

Banyak sekali orang tua yang cenderung terburu-buru mengajarkan anak untuk berkompetisi hanya demi kebanggaan atau meraih prestasi semata, kendati sang anak sesungguhnya belum siap akan hal tersebut.

"Anak harus terlebih dahulu diajarkan bersikap sportif agar dia mengerti bahwa sesuatu itu ada usaha dan tantangan yang perlu dihadapi," kata Advisor bidang pendidikan KidZania Achmad Safarie atau akrab disapa Arie kepada Antara di Jakarta, Sabtu (18/8).

Arie juga menjelaskan bahwa kalau kita berbicara tentang kompetisi berarti ada menang  dan kalah sehingga jangan mengajarkan tentang kompetisi kepada anak, mengingat hal ini suka menjadi salah kaprah bagi beberapa orang tua yang lebih fokus agar anaknya mendapatkan medali atau piala.

"Itu tidak salah, tetapi hal tersebut akan menjadi salah ketika sang anak belum siap. Jadi yang harus disiapkan adalah anak harus tahu bahwa sesuatu itu ada usahanya, latihan, aturan main yang harus dia ikuti," ujar Arie.

Menurut dia, ketika anak sudah siap berkompetisi nantinya anak tersebut akan mengerti bahwa sesuatu itu intinya membutuhkan usaha dan menang atau kalah merupakan hal biasa.       

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement