REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang tua yang melakukan segala cara agar anaknya bisa berkembang optimal. Orang tua ingin anaknya tumbuh optimal secara fisik maupun intelektual hingga emosi.
Untuk mendukung tumbuh kembang anak, asupan makanan tentu menjadi salah satu faktor paling utama. Namun, dengan kondisi anak yang sering pilih-pilih makanan, termasuk menolak sayur dan buah membuat orang tua khawatir dan kewalahan.
Menurut psikolog anak Tari Sanjojo, tugas orang tua, mencari solusi dengan membuat pengalaman makan menjadi menyenangkan. Awalnya, orang tua bisa sering menyelipkan menu-menu baru. Jika kemarin ibu mengenalkan brokoli, besoknya ibu bisa menyelipkan sayuran baru.
Orang tua juga bisa menghadirkan pengalaman makan meyenangkan, tidak dengam cara makan di depan tv atau gawai misalnya. Orang tua perlu memberikan variasi, contohnya bisa sesekali menciptakan suasana piknik saat makan bersama di rumah.
Dari kacamata psikolog, asalkan anak senang-senang saja dan bahagia, maka tidak menjadi masalah. Saat makan bersama, orang tua juga bisa sambil mendekatkan hubungan dengan anak.
"Kita tidak cuma bikin anak bisa baca, tapi juga senang baca. Begitu juga makan, kita perlu memastikan dia menikmati makan," ujar Tari di Jakarta, Jumat (19/10).
Tari melanjutkan, etika makan juga lebih baik yakni dengan duduk, bukan misalnya sambil mengejar anak yang lari-larian. Hal yang tak kalah penting, orang tua perlu ekstra sabar karena setiap anak bisa memberikan respons berbeda-beda.
"Yang penting harus diingat, sabar mengenalkan menu baru, menyelipkan menu wajib walaupun bukan favorit dia. Dari riset, sebagian anak bisa cocok setelah 10 sampai 20 kali mencoba," katanya.
Anak yang picky eater biasanya cenderung lebih lambat berdaptasi terhadap hal-hal baru. Anak lebih suka di zona makan yang disenanginya. Situasi inilah yang harus dibantu oleh orang tua. Orang tua juga bisa memberi asupan alternatif, seperti susu temulawak guna menjaga nafsu makan anak.