REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The National Center for Missing and Exploited Children Amerika Serikat mendata sekitar 115 anak usia dini hingga remaja menjadi korban penculikan orang asing sepanjang 2017. Jumlah ini bagian dari 800 ribu anak yang dikabarkan hilang oleh keluarganya.
Profesor Klinis dan Psikiatri Anak di Yale School of Medicine, Kyle Pruett mengatakan anak-anak usia dini atau prasekolah yang diculik jumlahnya paling banyak karena mereka belum memahami apa pun tentang orang asing. Mereka tak sadar ada bahaya melekat pada orang yang mungkin saja baru mereka kenal.
"Anak-anak perlu diajari sejak dini untuk tidak mudah memercayai orang asing atau orang yang baru dikenal. Mereka juga perlu diperkuat keberanian dan rasa percaya diri, kemampuan berbicara, meminta bantuan orang yang dikenal saat membutuhkan, dan berani berkata 'tidak' pada orang asing ketika merasa takut," kata Pruett, dilansir di Psychology Today, Rabu (14/11).
Bagaimana caranya? Pertama, dorong rasa percaya diri anak mereka bisa menjaga keselamatan sendiri. Salah satu caranya adalah mengingatkan anak-anak untuk bermain di tempat di mana mereka masih bisa melihat orang tuanya, gurunya, keluarganya, atau orang-orang yang dekat dengan mereka.
Kedua, ajarkan anak bahwa orang dewasa, terutama yang baru dikenal bisa saja baik, misalnya polisi, satpam sekolah, dan penjaga keamanan di toko yang bisa dimintai bantuan jika dibutuhkan. Anak usia empat tahun biasanya sudah bisa melakukan itu.
Ketiga, ajarkan anak untuk pintar mengamati gelagat orang asing yang bermaksud jahat pada mereka. Secara alami kecemasan itu akan muncul jika mendapati gerak-gerik mencurigakan dari orang yang baru dikenal.
Keempat, ajarkan anak percakapan baik yang menjadikan mereka agen aktif saat berhadapan dengan orang asing. Kontrol diri adalah tujuannya di sini.