REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemampuan kreativitas anak harus mulai diasah ketika anak usianya masih dini, misalnya melalui pengenalan pada hal-hal baru, mengembangkan minat dan bakat hingga membebaskan anak bereksplorasi dengan menggambar atau menulis.
Managing Director PT Faber Castel Indonesia Yandramin Halim menyebut, menggambar menjadi salah satu langkah efektif mengembangkan minat dan kreativitas anak. Selain mudah dilakukan, menggambar juga dinilai mampu meningkatkan interaksi anak dengan orang tua.
"Orang tua bisa mendampingi dan membimbing anaknya ketika menggambar. Di situ akan ada interaksi khusus antara anak dan ibu, atau kakeknya yang usianya jauh berbeda dengan anak," kata Halim usai kegiatan Faber-Castell Art Competitions di Emporium Pluit Jakarta, Sabtu (17/11).
Dia menilai, penggunaan gawai pada anak harus didampingi dan dibatasi. Jika tidak diarahkan dengan baik, gawai malah akan berdampak buruk bagi psikologi anak.
"Memang anak sekarang itu cepat daya serap otaknya jika diberi gawai, tapi jika terlalu sering atau dia kecanduan gawai itu tidak baik juga untuk anak," kata Halim.
Di sekolah guru juga memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan kreativitas anak. Guru tidak boleh lagi melabeli seorang anak sebagai anak pintar, dan sebagian anak lagi sebagai anak bodoh.
Menurut Halim, setiap anak yang terlahir memiliki minat, bakat dan kreativitas yang berbeda-beda. "Jadi tidak bisa guru bilang anak ini bodoh, anak ini pintar. Menilai anak tidak boleh dari satu sudut pandang, atau satu faktor saja. Bisa jadi yang kurang pintar itu ahli dalam hal lain kan," ungkap dia.
Selama ini, kata Halim, masih banyak guru yang melabeli siswa pintar dan tidak pintar pada anak. Parahnya, ada juga beberapa guru yang melabeli pintar atau tidaknya seorang anak dilakukan di dalam kelas ketika belajar-mengajar. Untuk itu dia berharap, guru bisa mengubah paradigma belajar agar setiap anak memiliki kesempatan untuk mengolah kreativitasnya sesuai dengan minat dan bakat anak.