REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati pendidikan Robertus Budi Setiono mengatakan praktik memusatkan perhatian dan menghayati apa yang dilakukan atau mindfullness dapat menciptakan generasi yang tahan terhadap hoaks atau kabar bohong.
"Praktik ini penting dalam mengajari anak bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Apa yang dilakukan mereka sepenuhnya dalam keadaan sadar. Jika ini terus dilatih maka bisa menciptakan generasi yang tahan terhadap hoaks, yang tidak mudah menyebarkan berita bohong," ujar Budi di Jakarta, Senin (19/11).
Dia menjelaskan praktik yang populer di Amerika Serikat dan Eropa itu, mampu menyeimbangkan kehidupan generasi milenial yang serba cepat tersebut.
Dengan praktik mindfulness yang diterapkan di sekolah, siswa dapat merasakan serta menghayati apa yang dilakukannya, misalnya ketika sedang makan diperbolehkan main ponsel pintar, sehingga anak bisa merasakan bagaimana rasanya nasi, belajar menghargai apa yang dimakan dan bersyukur.
"Praktik ini membuat kita berpikir terlebih dahulu, sebelum membagikan segala sesuatu. Tidak reaktif terhadap sesuatu," papar dia.
Direktur Sekolah Global Sevilla itu menambahkan pihaknya sudah mempraktikkan mindfullness selama empat tahun di sekolahnya. Hasilnya siswanya memiliki sikap yang positif dan tidak mudah terpengaruh.
"Satu hal positif lagi, siswa kami tidak pernah stres menghadapi ujian nasional. Mereka sangat menikmati dan tidak punya beban," kata Budi lagi.
Indonesia, cepat atau lambat sudah harus mengadposinya. Apalagi tingkat stress anak-anak milenial saat ini makin bertambah. "Kalau praktik mindfullness ini tidak diajarkan, maka sulit bagi generasi milenial untuk berprestasi," kata dia lagi.