Senin 17 Dec 2018 02:46 WIB

Ini Cara Tepat Hadapi Anak yang Sedang Marah

Anak umumnya tak bisa mengendalikan amarah karena emosi dan logika belum berkembang

Rep: MGROL 117/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak marah
Foto: givinglifeonline.com
Anak marah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Rasa kesal, kecewa, sebal merupakan sebagian dari berbagai penyebab kemarahan timbul. Rasa marah merupakan luapan sebuah perasaan dari kekecewaan.

Semua orang terkadang melakukan hal tersebut ketika perasaannya sedang sensitif. Biasanya ditimbulkan karena ada sebuah permasalahan dalam dirinya.

Rasa marah juga biasanya sering terjadi pada anak - anak. Sebagian orang tua sering kali merasa kebingungan ketika anaknya sedang marah. 

Sebagian juga ada yang ikut kesal karena merasa risih ketika sang anak selalu marah. Ternyata dalam menghadapi anak yang sedang marah tidaklah boleh sembarangan. 

Penelitian terbaru mengenai otak mengatakan, emosi didapatkan dari otak kanan, biasanya dihadapi oleh logika yang cenderung berasal dari otak kiri. Sisi-sisi yang berlawanan dari otak ini tidak bisa bekerja dengan baik pada anak-anak.

"Ketika Anda belajar cara mengenali emosi tertentu, kedua sisi otak dapat bekerja bersama" isi dari penelitian tersebut dikutip dari ADDitudeMag. Mengetahui hal tersebut maka ada beberapa cara untuk menghadapi seorang anak yang sedang marah secara psikologi. 

1. Memahami kondisi anak

Ketika anak sedang marah, maka ada permasalahan yang menimbulkan perasaannya menggejolak. Marah disebabkan dari emosi yang memuncak dan berakhir pada sebuah luapan ekspresi yang terkadang susah untuk dikendalikan.

Untuk itu, orang tua perlu menyadari luapan buruk itu timbul bukan dari sang anak, melainkan emosi yang tidak tertahan. Orang tua juga perlu memahami kondisi sang anak agar bisa membuatnya nyaman ketika marah. 

2. Jangan mendiamkan

Jangan mendiamkan atau mengabaikan ketika anak marah. Tinggalkanlah sejenak pekerjaanmu. Duduk disampingnya dan biarkan dia meluapkan perasaannya.

Pada dasarnya, seorang anak akan terbuka tentang perasaannya ketika dia sudah mulai merasa didengarkan. Berusahalah untuk menjadi telinganya. Ketika sang anak sudah terbuka, disitu kesempatan orang tua memahami permasalahan dan mengarahkan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement