REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperempat anak mengalami kerusakan gigi lebih cepat dibanding anak lainnya saat mulai bersekolah. Ini terjadi ketika bakteri di mulut memecah gula untuk menghasilkan asam yang menyerang dan merapuhkan gigi.
Menghindari makanan dan minuman manis, serta menyikat gigi teratur dengan pasta gigi berfluoride sesuai usia sejauh ini tetap cara terbaik memastikan anak-anak Anda memiliki gigi sehat. Meski upaya terbaik tersebut disiplin dilakukan, pada dasarnya gigi beberapa anak lebih mudah rapuh dan membusuk.
Studi di Australia menunjukkan 14 persen anak prasekolah memiliki gejala hypomineralised second primary molars (HSPM). Ini kondisi enamel atau lapisan luar gigi molar bayi tidak berkembang baik, sehingga cepat rapuh, dan mudah rusak.
Dilansir dari Essential Baby, Jumat (21/12), gigi pada anak yang menderita gejala HSPM memiliki bercak putih atau kuning di area kasar gigi di mana emailnya lemah dan keropos. Gigi-gigi ini sering kali sensitif dan anak menghindari sikat gigi karena merasakan sakit pada bagian tersebut.
Perawatan gigi untuk tipe ini sedikit menantang, sebab anak harus melakukan perawatan lebih sering. Bahan pengisi untuk ditempelkan di enamel hanya bertahan untuk periode tertentu, sehingga anak bisa fobia ke dokter gigi.
Jika gigi bayi terpengaruh, maka gigi anak saat dewasa bisa mengalami hal sama. Pengobatan yang mungkin sejauh ini adalah diet makanan sehat dan orang tua membantu menyikatkan gigi anak dengan benar.
Dokter gigi bisa membantu mendeteksi tanda-tanda gigi yang lemah sebelum gigi tersebut rusak. Mereka bisa membantu melindungi gigi geligi sebelum menggunakan segel atau menambal. Penting melakukan kunjungan teratur ke dokter gigi sejak anak berusia 12 bulan, atau ketika gigi pertamanya tumbuh.