REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di zaman milenial ini banyak para orang tua yang membagikan foto sang buah hati ke media sosial. Bahkan tidak jarang orang tua membuatkan akun media sosial khusus untuk anaknya yang masih berusia dini. Namun, perlu diwaspadai dampak buruk atau risiko yang bisa saja terjadi terhadap anak yang fotonya tersebar luas ke publik.
Bukan tidak mungkin banyak para pelaku paedofil dan penculik mengincar target anak-anak melalui media sosial. Dengan beredarnya banyak foto dan identitas anak, memudahkan pelaku paedofil atau penculik menjalankan aksinya.
Dengan membagikan foto anak ke media sosial, Anda harus siap menanggung risiko foto anak Anda akan diunduh pengguna lain. Namun, jangan khawatir berlebihan. Ada beberapa cara dalam mewaspadai risiko tersebut ketika Anda tetap memilih membagikan foto atau video anak ke media sosial.
Selektif berteman di media sosial
"Disarankan untuk selektif membagikan foto anak ke media sosial, karena foto anak yang dibagikan bisa saja berisiko akan dilihat dan diambil orang yang tidak bertanggung jawab," ucap psikolog keluarga dan anak, Anna Surti Ariani saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (8/1).
Selektif yang dimaksud psikolog yang akrab dipanggil Nina ini bisa dimulai dengan menyaring dengan siapa Anda berteman di media sosial. Pastikan hanya teman-teman terdekat yang dapat mengakses akun media sosial Anda atau anak Anda.
Jika Anda keberatan dengan hal tersebut, dia menyarankan untuk menggunakan fitur seperti 'close friend' pada Instagram. Dengan begitu, Anda dapat memilih siapa saja yang dapat melihat unggahan Anda. Hal itu dianjurkan untuk mencegah foto anak dilihat atau disalahgunakan oleh orang asing yang tidak bertanggung jawab.
Tidak menampilkan wajah anak secara utuh
Hal ini dianjurkan Nina demi menjaga identitas anak agar tidak banyak dikenali publik.
"Salah satu risiko anak banyak tayang di media sosial, teman-teman media sosial juga dapat kenal dengan anak," kata Nina.
Jika wajah anak tersebar luas di media sosial, itu juga dapat mengundang perhatian pelaku paedofil atau penculik untuk tertarik dengan anak Anda. Dengan begitu, pelaku pun dapat dengan mudah mengenali anak Anda.
Nina menyarankan untuk membagikan foto anak dengan memburamkan bagian wajah atau menyisipkan emoji untuk menutupi foto bagian wajah anak Anda. Selain dengan cara itu, Anda juga dapat memotret anak dari sisi belakang atau samping yang tidak menampilkan wajah anak secara utuh.
Sembunyikan data identitas anak
Nina tidak menganjurkan orang tua menyebarluaskan data identitas anak di media sosial. Seperti nama lengkap anak, nama panggilan sayang, tanggal lahir, makanan kesukaan, alamat rumah atau sekolah, dan sebagainya.
Data tersebut bisa saja disalahgunakan oleh orang lain yang berniat jahat dan dapat memudahkan pelaku paedofil atau penculik untuk menjangkau anak. "Anak akan lebih merasa dikenal atau mudah mendekat jika dipanggil dengan nama panggilan sayang," ujar Nina yang juga membuka praktik di klinik psikologi Universitas Indonesia.
Apalagi jika diiming-imingi dengan makanan kesukaan si anak, akan dengan mudah pelaku menjangkau anak. Dia menganjurkan para orang tua lebih waspada di dunia nyata jika ada orang lain yang tidak dikenal memanggil anak. Orang lain dapat seolah-olah akrab dengan anak jika mengetahui data identitas anak. Hal itu juga untuk menghindari orang asing yang berani memanggil, mencubit, mencolek, dan sebagainya yang dapat membuat anak merasa tidak nyaman dan sebagai upaya pencegahan risiko penculikan.
Tidak membagikan foto anak tanpa busana atau berbusana seksi
Nina mengatakan foto anak yang menampilkan tubuh anak dapat lebih rentan menarik perhatian pelaku paedofil, seperti foto anak yang sedang mandi, ganti pakaian, atau sedang memakai baju renang yang sangat terbuka.
Namun, para pelaku paedofil tidak hanya menyukai anak yang berpakaian terbuka. Faktanya, ada pula yang menyukai anak-anak dengan busana tertutup.
Perketat keamanan anak di dunia nyata
Hal ini disarankan Nina jika Anda mengetahui atau curiga foto anak Anda yang dibagikan di media sosial dicuri atau diambil oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab. Pastikan anak selalu dalam jangkauan dan pengawasan orang tua. Jangan sampai orang lain dapat dengan mudah menyentuh atau akrab dengan anak.
Dia juga menjelaskan seorang paedofil tidak menganggap anak sebagai manusia, melainkan dianggap sebagai objek. Menurutnya, anak yang tidak dikenal publik akan lebih aman dari risiko penculikan.
Dia juga mengatakan ciri orang yang mengidap paedofil tidak selalu bisa dikenali. Bahkan yang terlihat seperti orang baik bisa saja mempunyai masalah seksual yang luar biasa. Maka dari itu, perlu adanya kewaspadaan dan pastikan anak Anda aman dalam pengawasan.