REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang bersikap positif, percaya diri, dan mudah diterima dalam pergaulan. Studi terbaru mengungkap salah satu cara agar anak memiliki sikap tersebut adalah dengan lebih sering mengajaknya berjalan-jalan alias traveling.
Survei yang dilakukan pada 1.500 guru di Amerika Serikat (AS) oleh The Student and Youth Travel Association (SYTA) menunjukkan hasil demikian. Sebanyak 74 persen guru meyakini kegiatan traveling berpengaruh positif dalam membangun kepribadian anak.
Lebih dari separuh guru atau 56 persennya juga percaya efek positif traveling akan menjalar ke aspek-aspek lain seperti prestasi akademik dan karier anak di masa depan. Dikutip dari Travel and Leisure, traveling membawa manfaat jangka panjang bagi anak-anak.
Para guru setuju pengalaman berjalan-jalan dan melihat budaya baru dapat menumbuhkan toleransi dan rasa saling menghargai pada anak. Anak-anak tersebut juga akan punya keinginan untuk belajar dan mencoba hal-hal baru.
Efek positif traveling tidak hanya akan terlihat saat anak belajar di kelas. Para guru yang disurvei meyakini kepribadian yang baik akan membantu anak dalam pergaulan sehari-hari. Anak yang lebih sering diajak bepergian punya independensi, penghargaan diri, kepercayaan diri, kemampuan adaptasi, dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan anak yang hanya di rumah terus.
Dalam pandangan yang lebih pragmatis, 42 persen guru berpikir anak yang sering traveling terlihat lebih menarik bagi perekrut perguruan tinggi. Bagi keluarga dengan perekonomian yang pas-pasan tidak perlu khawatir jika tidak bisa sering mengajak anak tamasya.
Berbagai dampak positif itu bisa didapat dari pengalaman traveling ke manapun. Tak perlu jauh-jauh traveling ke luar negeri, mengajak anak piknik ke tempat yang dekat pun juga punya efek serupa. Orang tua hanya perlu mengajak anak berkeliling kota dan melihat budaya apa saja yang ada di tempat mereka tinggal.
Akan tetapi, perlu diingat anak yang diajak jalan-jalan cenderung akan meminta lagi. Orang tua sebaiknya juga tegas memberi jeda sehingga anak belajar memahami kondisi. Dari hasil survei, sebanyak 76 persen guru mengatakan anak-anak yang pernah diajak tamasya akan minta jalan-jalan lagi.