REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejahatan siber di era perkembangan pesat teknologi bisa mengincar siapa saja, termasuk kalangan remaja. Salah satu bentuk kejahatan itu adalah sextortion di mana pelaku melakukan pemerasan dengan cara mengancam menyebarkan foto vulgar dari korban.
Menurut aktris dan presenter Shahnaz Haque, kejahatan seksual yang berlangsung di dunia maya sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Sebagai orang tua, dia membentengi ketiga putrinya, yaitu Pruistin, Charlotte, dan Mieke dengan pola pengasuhan berlapis.
"Pola pengasuhan anak terkait pendidikan seks tidak bisa beres sekali jadi, harus lapis demi lapis sejak kecil sesuai tahap usia. Bukan memadamkan api setelah ada kebakaran besar, tetapi bagaimana pencegahan dan antisipasi sebelum api benar-benar membakar," kata Shahnaz beranalogi.
Perempuan 46 tahun itu mencontohkan, dia memberi tahu kepada putrinya bagian tubuh mana yang harus dilindungi, tertutup, dan tidak boleh disentuh siapa pun selain ibu dan dokter. Lelaki mana pun tidak boleh melihat dan menyentuh, termasuk ayah, paman, saudara, guru, atau teman.
Beranjak ke usia sekolah dasar, anak diajarkan cara membersihkan bagian vital dengan efektif. Ketika putri-putrinya mulai masuk sekolah menengah, pembicaraan mulai beranjak pada persoalan haid. Semua bahasan itu ditarik Shahnaz ke arah kesehatan.
Dia mengatakan, pendidikan seks tidak berarti 'jorok' atau mengarah pada hal porno. Jika orang tua tidak menganggapnya tabu dan tidak malu membicarakannya, edukasi akan berjalan efektif. Lebih baik ibu yang menjelaskannya daripada anak mengetahui dari orang lain.
Jika semakin dilarang atau dihalangi untuk tahu, anak justru berpotensi makin penasaran dan bereksperimen. Menurut Shahnaz, korban kejahatan seksual siber bisa jadi tidak terpapar pendidikan seksual atau justru berada dalam kepengasuhan orang tua yang overprotektif.
Kejahatan seksual siber yang kerap bersumber dari media sosial tidak membuat Shahnaz membatasi putri-putrinya bergawai. Sebab, anaknya tumbuh di zaman teknologi yang sudah sangat terbuka. Bahkan sejak sekolah dasar, anak-anak sudah mencari tugas sekolah atau materi pelajaran lewat internet.
Jika putrinya mendapat pesan atau komentar media sosial yang menjurus pada konten negatif dan vulgar, Shahnaz berusaha tetap tenang. Dia akan meminta cerita lebih lanjut dan bertanya tindakan apa yang bakal dilakukan. Menurut Shahnaz, hal itu membuat anak menjadi proaktif dan memutuskan sendiri apa hal tepat untuk menangkalnya.
Penanganan kejahatan seksual siber disebutnya merupakan tanggung jawab bersama, termasuk orang tua yang tidak boleh bosan mendampingi anak. Aktris yang pernah membintangi sinetron Salah Asuhan itu meyakini pengasuhan yang tepat dan pendidikan seksual sejak dini bisa menjadi benteng tepat bagi anak.
"Itu yang bisa menjadi perisai menghadapi dunia yang semakin gila," ucap almamater Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu.