REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurang tidur setelah si kecil lahir? Sepertinya, ini kasus jamak. Kabar mengejutkannya, keadaan tersebut akan bertahan cukup lama meskipun anak sudah bisa tidur nyenyak sepanjang malam.
Dalam sebuah studi baru hasil kolaborasi para peneliti Universitas Warwick di Inggris, Institut Penelitian Ekonomi Jerman, dan Universitas Virginia Barat terungkap bahwa penurunan kualitas tidur ibu dan ayah terjadi tidak sebentar. Gangguan tidur itu mereka alami selama enam tahun sejak kelahiran buah hatinya.
Penurunan kualitas tidur tetap terjadi meskipun anak sudah tak lagi terbangun dan mengajak main di malam hari. Kesimpulan tersebut didapat setelah meneliti lebih dari 2.500 ibu dan 2.100 ayah di Jerman yang melaporkan pola tidur mereka setelah kelahiran anak pertama, kedua, atau ketiga mereka.
Jurnal Sleep mengabarkan pada Januari lalu, durasi dan kualitas tidur ibu dan ayah turun saat melahirkan dan mencapai titik terendah pada tiga bulan pasca persalinan. Para peneliti menemukan, rata-rata kualitas tidur ibu berkurang satu jam setelah melahirkan, sementara ayah dilaporkan berkurang sekitar 15 menit semalam.
Seperti dilansir Huffpost, Sabtu (16/3), jurnal Sleep juga melaporkan bahwa keadaan itu tidak sepenuhnya pulih selama sekitar enam tahun. Penelitian yang sama juga mengungkapkan, durasi dan kualitas tidur ibu yang sedang menyusui juga sering menurun. Faktor penurunan kualitas tidur itu tidak memandang usia, pendapatan, atau status perkawinan (masih bersama atau sudah cerai).
"Orang tua sekaya apapun, berapapun usianya sama-sama rentan terhadap efek gangguan tidur sejak kelahiran buah hatinya," tulis para peneliti.