Selasa 02 Apr 2019 14:48 WIB

Sama dengan Anak Lain, Autisme Bisa Kenali Emosi Ibu

Anak dengan spektrum autisme tetap mampu mengenali emosi orang tuanya

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
terapi dini autisme
Foto: cuny.edu
terapi dini autisme

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemampuan membaca ekspresi wajah merupakan salah satu kunci untuk menafsirkan isyarat sosial selama percakapan. Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) yang umumnya menunjukkan gangguan dalam interaksi sosial tetap mampu mengenali emosi pada orang lain, termasuk orang tua atau ibu.

Dilansir laman Science Daily pertengahan Maret lalu, sebelumnya sempat ada penelitian  yang menemukan kemampuan untuk mengenali emosi wajah pada anak-anak dan orang dewasa dengan ASD. Akan tetapi hasilnya tidak konsisten. Penelitian pada anak dengan ASD biasanya hanya diuji menggunakan gambar asing, dengan dua jenis ekspresi yakni netral dan emosional serta dengan rentang usia yang luas.

Baca Juga

Kini menurut studi terbaru, para ilmuwan dari Fakultas Sains Charles E. Schmidt dari Florida Atlantic University melakukan penelitian pada anak-anak dengan dan tanpa ASD. Anak-anak tersebut berusia empat hingga delapan tahun.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan lima emosi wajah yang berbeda yaitu bahagia, sedih, marah, takut, dan netral. Peneliti juga memberikan pengenalan emosi wajah yang akrab bagi anak maupun yang tidak dikenal.

Peneliti ingin menguji bagaimana keakraban memengaruhi kinerja dalam dua kelompok anak-anak ini menggunakan stimulus yang akrab yaitu ibu mereka. Peneliti mengeksplorasi bagaimana perbedaan anak-anak ASD dengan anak yang biasanya berkembang dalam kemampuan untuk mengenali ekspresi wajah positif dan negatif.

Bukti menunjukkan anak-anak dengan ASD lebih sulit mengenali ekspresi wajah negatif seperti kesedihan dan kemarahan dibandingkan dengan ekspresi positif seperti kebahagiaan dan kegembiraan. Hasil penelitian memberikan bukti anak-anak tanpa ASD lebih mahir dalam mengenali ekspresi emosi wajah yang tidak dikenal daripada anak-anak dengan ASD, terutama untuk emosi negatif seperti ketakutan dan kesedihan.

Akan tetapi yang menarik, para peneliti menemukan anak-anak dengan ASD memiliki keterampilan pemrosesan emosi yang tepat saat melihat wajah ibu mereka. Mereka 'selaras' dengan perasaan dan emosi ibu sama halnya anak-anak tanpa ASD. Tidak ada perbedaan antara kemampuan mengenali emosi ibu, baik bagi anak biasa dan ASD.

"Hasilnya kedua kelompok anak-anak tidak berbeda dalam kemampuan mereka untuk mengenali ekspresi yang akrab," kata Nathaniel A. Shanok, penulis utama studi. Hasil studi ini telah diterbitkan dalam jurnal Child Psychiatry & Human Development.

Studi neurologis dan pelacakan mata yang pernah ada sebelumnya dianggap mengisyaratkan kemungkinan ini, tetapi jarang ditunjukkan pada tingkat kesadaran diri sendiri. Karena itu, menurut dia, studi skala besar di masa depan perlu menyelidiki efek ini juga berkaitan dengan ekspresi dari individu yang akrab seperti ayah, saudara kandung, dan teman sekelas.

Anak-anak dengan ASD kurang terampil dalam memproses informasi emosional, terutama wajah sedih, ketika mereka melihat wajah orang asing. Namun, menurut temuan dari penelitian ini, lain halnya dengan tangkapan mereka terhadap emosi ibu. Karenanya, emosi ibu bisa menjadi cara efektif untuk berkomunikasi dan mengajarkan sosialiasisasi terhadap mereka ketimbang diajari orang asing.

Sementara ini, belum diketahui secara jelas alasan kurangnya kemampuan anak-anak dengan gangguan spektrum autisme untuk mengukur informasi emosional dari wajah orang asing. Boleh jadi karena kurangnya kemampuan pemrosesan, sifat acuh tak acuh dari emosi negatif, atau karena pola umum ketidaktertarikan pada tampilan emosi negatif atau orang yang tidak dikenal.

ASD ditandai oleh masalah sosial yang sedang berlangsung yang meliputi kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain serta perilaku, minat atau kegiatan yang terbatas. Gejalanya biasanya dikenali dalam dua tahun pertama kehidupan dan memengaruhi kemampuan individu secara sosial, di sekolah atau tempat kerja hingga area kehidupan lainnya.

Shanok, Aaron Jones, dan Nikola N. Lucas co-penulis di Ashford University di San Diego, mencatat untuk anak-anak dengan ASD, kesulitan mengenali ekspresi emosi wajah negatif atau kompleks mungkin sebagian disebabkan oleh variasi dalam kontak mata. Penelitian lain menunjukkan anak-anak ini kurang fokus pada mata dan lebih banyak pada area wajah lain yang kurang informatif tentang keadaan emosi seseorang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement