Selasa 30 Apr 2019 17:58 WIB

Najeela Shihab Ingatkan Bahaya Berkeluarga tanpa Perencanaan

Banyak perencanaan hidup yang harus dibicarakan sejak sebelum dan saat telah menikah.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Menikah.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menikah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perencanaan keluarga merupakan suatu hal yang penting sebelum menikah ataupun memiliki anak. Saat berkeluarga, perencanaan dapat dimulai dari menetapkan tujuan pengasuhan.

“Mulailah percakapan dengan pasangan, kita ingin anak-anak tumbuh dengan karakter yang seperti apa, pola pengasuhan yang seperti apa yang ingin diterapkan,” ujar pemerhati pendidikan, Najeela Shihab dalam acara dalam acara Selusin Bersama AIMI, di De Entrance Arkadia, Pasar Minggu, Ahad (28/4).

Najeela mengungkapkan bagian-bagian dalam perencanaan keluarga sebetulnya sangat banyak. Termasuk di antaranya ialah keputusan menyusui atau tidak, keputusan pola komunikasi, serta pola disiplin yang ingin dihindari.

Namun, menurut Najeela, pembicaraan tentang perencanaan keluarga ini sering kali dilewatkan begitu saja oleh pasangan yang sedang mempersiapkan pernikahan atau mempersiapkan kelahiran anak. Lalu apa imbasnya jika melewatkan perencanaan keluarga?

“Imbas utamanya orang tuanya tidak belajar. Kalau enggak ada penetapan tujuan, kita enggak tahu yang ideal (seperti apa)” katanya.

Pada akhirnya, pasangan yang menjadi orang tua akhirnya melakukan sesuatu karena kebiasaan dan bukan kesadaran. Padahal, mungkin saja ada pola-pola asuhan tertentu yang berdampak negatif pada anak, tetapi terus dilakukan oleh orang tua.

Selanjutnya, perempuan kelahiran 1976 ini mengungkapkan kesalahan utama yang sering dilakukan keluarga baru. Banyak keluarga muda yang bertindak saat masalah sudah muncul.

Masalah komunikasi dengan keluarga besar, contohnya. Persoalan tersebut bisa dicegah agar tak lebih melebar. Namun, banyak pasangan yang sedari awal tidak mecoba mengenali jenis komunikasi yang efektif untuk mereka.

Masalah lainnya, menurut Najeela, bisa berasal dari gangguan tumbuh kembang anak. Semestinya orang tua melakukan intervensi sejak awal gangguan itu terdeteksi. Faktanya, jamak yang mencari solusi ketika sudah ada masalah tumbuh kembang.

“Padahal, sebetulnya anak lahir bukan cuma (tentang) sehat secara fisik saja. Banyak stimulasi-stimulasi untuk perkembangan sosial emosinya yang kita perlu lakukan,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement