REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua harus bisa memberikan contoh dan membimbing anak untuk mengenali emosinya. Menurut psikolog anak Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jane Cindy orang tua harus membimbing agar anak mengetahui apa yang dia rasakan. Dengan demikian anak dapat mengungkapkan dan mengekspresikan emosi tersebut dengan tepat.
Regulasi emosi yang kurang baik, kesulitan mengendalikan emosi, dan kesalahan dalam mengekspresikan emosi negatif, dapat membuat anak melakukan kekerasan. Jane menambahkan jika kemampuan menyelesaikan masalahnya kurang baik, maka anak akan susah menyusun strategi penyelesaian masalah tanpa melibatkan kekerasan.
"Yang paling penting, tentu orang tua harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak dengan tidak menampilkan sikap agresif dalam mengekspresikan kemarahan," tuturnya saat dihubungi pada Jumat (10/5).
Menurut Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja 2018 oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tiga dari empat anak-anak dan remaja menyatakan pelaku kekerasan adalah teman atau sebayanya. Hasil survei juga menunjukkan dua dari tiga anak dan remaja pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya. Kekerasan yang dialami cenderung tumpang tindih antara kekerasan emosional, kekerasan fisik, dan kekerasan seksual.