Senin 27 May 2019 04:15 WIB

Anak Tantrum tidak Selalu Buruk, Ini Penjelasannya

Tantrum adalah bagian penting dalam perkembangan kesehatan emosional anak

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Christiyaningsih
Anak tantrum
Foto: AP
Anak tantrum

REPUBLIKA.CO.ID, VANCOUVER -- Buah hati yang sedang mengalami ledakan emosi alias tantrum sering meresahkan orang tua. Saat segala cara untuk meredakan tangis dan teriakan anak tidak berhasil, tidak jarang orang tua ikut tersulut emosi.

Percaya atau tidak, tantrum tidak selalu merupakan hal buruk. Pakar kepengasuhan Kanada Deborah MacNamara mengatakan tantrum adalah bagian penting dalam perkembangan kesehatan emosional anak. Berikut lima penjelasan manfaat tantrum pada anak dikutip dari laman Parents.

Baca Juga

1. Lepas stres

Air mata mengandung hormon stres kortisol. Ketika manusia menangis itu artinya ia melepaskan stres dari tubuh. MacNamara menjelaskan air mata juga menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kondisi emosional setelah tangisan mereda.

Dia menyarankan orang tua membiarkan anak melepaskan emosi serta perasaannya tanpa melakukan interupsi selama tidak membahayakan. "Menangis itu tidak menyakitkan, tetapi proses supaya tidak sakit lagi," ungkapnya.

2. Anak belajar

Pendiri Hand in Hand Parenting Patty Wipfler mengatakan belajar adalah hal alami bagi anak. Prosesnya hampir sama seperti bernapas. Ketika anak tidak bisa berkonsentrasi, bisa jadi ada sesuatu terkait emosi yang memblok perkembangan itu.

Tidak sedikit anak yang tantrum karena permainan terganggu atau tidak bisa menyelesaikan gim tertentu. Namun, setelah tantrum mereda dijamin dia bisa merampungkannya. Mengekspresikan rasa frustrasi membantu anak menjernihkan pikirannya.

3. Tidur lebih nyenyak

Sebagian orang tua sangat berhati-hati supaya anaknya tidak tantrum atau menangis dalam waktu lama. Pendekatan itu bukan yang terbaik karena bisa memicu masalah tidur pada anak. Gelembung emosi justru hadir saat otak seharusnya beristirahat.

Sama seperti orang dewasa, anak-anak bisa sukar tidur karena stres atau memproses berbagai hal yang terjadi seharian. Membiarkan anak meluapkan emosi saat tantrum memperbaiki kondisi emosionalnya dan membuat mereka tidur lebih nyenyak.

4. Belajar menghadapi kata tidak

Rata-rata anak mengalami tantrum setelah mendapat kata 'tidak' dari orang tua. Hal itu bagus, karena artinya orang tua tidak memberikan segala yang dikehendaki anak. Mengatakan 'tidak' mengajarkan anak supaya tahu batasan.

Mengatakan 'tidak', berarti tidak takut pada sisi emosional kepengasuhan. Sejak dini, anak perlu mengetahui mana perilaku yang bisa dan tidak bisa diterima. Orang tua dianjurkan bersikap tegas sambil tetap menawarkan pelukan, empati, dan kasih sayang.

5. Aman mengekspresikan diri

Pada banyak kasus, tantrum merupakan cara anak memanipulasi orang tua supaya mendapat apa yang dia inginkan. Saat orang tua melarang atau melakukan pembatasan, emosi meledak dan memaksa orang tua menuruti kemauan anak.

Meski begitu, tantrum juga menunjukkan bahwa anak merasa aman mengekspresikan diri di depan orang tua. Pada akhirnya, tantrum adalah bukti bahwa anak sangat membutuhkan cinta dan koneksi hangat dengan ayah bundanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement