REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemanfaatan gawai sulit dihindari oleh sebagian besar orang tua masa kini. Seringnya orang tua berjibaku dengan gawai juga membuat anak tertarik mencoba atau justru diberikan tanpa kontrol.
Apalagi jika anak sudah mulai banyak berinteraksi dengan lingkungan luar rumah, maka ia akan mengenal gawai dengan sendirinya. Di sinilah pentingnya peranan orang tua dalam membentengi penggunaan gawai oleh anak.
Dokter spesialis tumbuh kembang anak Soedjatmiko mengatakan pengenalan bermain tradisional maupun gawai sama-sama diperlukan anak. Menurut ikatan dokter anak Amerika atau American Academy of Pediatric, gawai boleh dimainkan usia balita maksimal satu jam sehari. Syaratnya gawai harus dimainkan bersama orang tua atau pengasuh untuk balita.
Menurut Soedjatmiko beberapa penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh radiasi gawai terhadap kanker otak manusia. Melainkan pada tikus yang diberi paparan radiasi setidaknya sembilan jam sehari selama beberapa pekan. "Karenanya yang penting bagaimana bijak bermain menggunakan gawai karena nggak mungkin ketinggalan zaman," ujarnya di Bogor akhir pekan ini.
Stimulasi belajar maupun bermain penting bagi anak selama bersifat interaktif meskipun didapat dari gawai. Interaktif dalam hal ini adalah merangsang berbagai kemampuan maupun fungsi otak anak.
Hal yang tidak boleh dilakukan antara lain seperti anak ditinggalkan sendirian dengan gawai. Kondisi demikian akan membuat anak tidak berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan menjadi kecanduan. Karenanya penggunaan gawai harus dibatasi.
Sebuah penelitian menyatakan anak usia 24 sampai 36 bulan yang banyak menonton televisi atau gawai tingkat kecerdasannya lebih rendah dibandingkan yang tidak. "Caranya bagaimana anak pakai gawai, bisa misalnya 15 menit siang, 20 menit malam. 'Kan tidak perlu dipelototin terus. Kalau di atas lima tahun ada yang bolehkan dua jam sehari misalnya," tambah Soedjatmiko.
Selain itu, aturan penting lainnya adalah tidak memaksakan anak. Ajak anak bermain interaktif dengan gawai jika mood orang tua maupun anak ingin bermain. Jika anak bosan, ganti dengan mainan yang disukainya.
Intinya, permainan digital juga penting supaya anak tidak ketinggalan zaman, namun tidak ada keharusan atau mencapai target tertentu soal gawai. Targetnya hanya merangsang atau stimulasi mendengar, mengucapkan, dan menggerakkan. "Penting iya, tapi gawai bukan satu-satunya," tambahnya.
Menyikapi perkembangan teknologi digital, Frisian Flag Indonesia meluncurkan aplikasi Teman 123. Aplikasi ini merupakan alat bantu bermain melalui flashcard digital yang dikembangkan bersama Soedjatmiko.
Fitur Teman 123 hadir ditemani tiga tokoh interaktif yakni Firi (lumba-lumba), Rizi (gajah), dan Ian (jerapah). Masing-masing mewakili sosok pintar, kuat, dan tinggi yang akan menjadi teman bermain anak-anak usia 1, 2, dan 3 tahun.