Selasa 09 Jul 2019 05:01 WIB

Najelaa Shihab ingin Jadi Guru Sejak SD

Najelaa Shihab kecil adalah sosok yang tidak menyukai sekolah.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Najelaa Shihab
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Najelaa Shihab

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI --  Naluri mendidik ternyata telah muncul sejak seorang Najelaa Shihab duduk di bangku sekolah dasar (SD). Tokoh pendidik yang lahir di Surakarta itu menyebut ingin menjadi seorang guru sejak kelas tiga SD.

“Aku dari kecil pengen jadi guru. Dari sejak kelas tiga SD,” ujar perempuan yang akrab disapa Ela kepada Republika.

Baca Juga

Ela mengatakan, selama dia bersekolah dari sejak kecil sampai besar, dia bersekolah di Indonesia dan selalu di sekolah negeri. Meskipun, dia mengaku pernah bersekolah di madrasah ibtidaiyah.

Setelah itu, dia kembali melanjutkan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di sekolah negeri. Pada saat kuliah pun dia berkuliah di universitas negeri. Artinya, dia mengalami proses pendidikan yang dialami oleh sebagian besar anak Indonesia.

Perempuan pendiri sekolah Cikal itu mengatakan, pada saat kecil dulu, dia adalah salah satu murid yang sukses dan pintar dengan definisi yang sesungguhnya. Artinya, dia merupakan salah satu murid yang memiliki nilai akademik yang membanggakan.

“Saat jadi murid, saya selalu gelisah,” ungkap Ela. Dia melanjutkan, dia merupakan sosok yang tak menyukai sekolah.

Alasannya, dia merasa ada yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia. Misalnya, sebenarnya dia banyak menemui teman-temannya yang sangat kreatif dan kritis bila diajak diskusi. Akan tetapi, sekolah melabeli mereka ucapan anak bandel.

Dia menilai hal itu tak seharusnya demikian. Sebaliknya, teman-temannya yang dilabeli bandel atau tak sukses di sekolah itu, saat besar merupakan orang-orang yang sukses di kehidupan nyata. “Jadi sukses di kehidupan nyata dan kehidupan sekolah itu ternyata berbeda,” jelas dia.

Selain itu, dia juga sempat mendapatkan perlakuan yang tak mengenakan saat mencoba jujur mengenai cita-citanya pada saat kelas dua SD. Saat itu, dia ingin menjadi seorang pramugari.

Mendengar hal itu, ada seorang guru yang tak menyukai jawaban Ela saat ia kecil. Cepat-cepat, Ela pun mengganti jawabannya dengan jawaban ingin menjadi seorang guru, agar tak dimarahi.

“Dari situ saya pikir, gila ya, pengaruhnya guru ya. Di hari itu juga saya berpikir wah kalau seperti ini saya harus benar-benar jadi guru ini. Karena pengaruhnya luar biasa terhadap anak-anak. Jadi itu sih kenapa saya ingin jadi guru untuk melakukan sesuatu dalam pendidikan ini,” ungkap Ela, yang kemudian semakin bersikukuh untuk menjadi seorang guru.

Ela banyak menemui banyak guru yang luar biasa menjadi tauladan dan memberikan inspirasi. Akan tetapi, Ela juga banyak menemui guru-guru yang terpaksa dan tak memiliki cita-cita yang merdeka.

Oleh sebab itu, perempuan yang pernah menjadi seorang dosen itu ingin menjadi pendidik. Dia berkeinginan bisa bersama dengan guru-guru lain untuk membuat sebuah perubahan. Dia pun memperbanyak kegiatan belajar bersama guru-guru. “Saya selalu melihat bahwa saya itu guru sih, pendidik dalam arti luas,” jelas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement