Kamis 11 Jul 2019 21:43 WIB

Perilaku Menyakiti Diri Sendiri Harus Serius Ditangani

Kasus bunuh diri bisa berawal dari perilaku menyakiti diri sendiri.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Percobaan bunuh diri (ilustrasi)
Foto: Abc News
Percobaan bunuh diri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remaja merupakan kelompok usia yang berisiko tinggi melakukan bunuh diri. Menurut ahli kejiwaan Nova Riyanti Yusuf, remaja yang memiliki ide bunuh diri harus ditangani dengan serius.

Nova mengungkapkan, orang tua maupun lingkungan sekitar bisa mendeteksi dini keinginan remaja untuk mengakhiri hidup. Hal tersebut bisa tercermin dari pikiran, perasaan, dan perilaku remaja untuk menyakiti diri sendiri (self harm).

Ketika ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan perasaan remaja, orang terdekat sebetulnya bisa mengenali. Perilaku kesehariannya pasti berubah.

"Kok murung, terus perilakunya berubah. Biasanya dandan jadi nggak suka dandan, misalnya. Biasanya mandi, tapi nggak mandi. Pikirannya optimistis menjadi pesimistis. Kalau depresi, perilaku itu akan bertahan minimal dua minggu," kata Nova yang melakukan penelitian tentang Deteksi Dini Faktor Risiko Ide Bunuh Diri Remaja di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/Sederajat di DKI Jakarta.