REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan ada banyak makanan bayi dengan kandungan gula yang sangat tinggi. Ironisnya, makanan-makanan bayi ini dipasarkan secara tidak tepat.
Kandungan gula berlebih pada beragam makanan bayi ini diketahui WHO melalui sebuah penelitian. Salah satu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data dari hampir 8.000 produk makanan dan minuman yang dipasarkan untuk bayi maupun anak kecil. Data ini dikumpulkan pada November 2017 hingga Januari 2018.
Produk ini berasal dari 516 toko yang berasal dari empat kota. Keempat kota tersebut adalah Wina di Austria, Sofia di Bulgaria, Budapest di Hungaria, dan Haifa di Israel.
Setidaknya setengah produk yang berasal dari tiga kota memiliki total kandungan gula mencapai 30 persen dari total kandungan kalori produk yang bersangkutan. Sedangkan sepertiga produk memasukkan gula, konsentrasi sari buah atau bentuk lain dari pemanis sebagai bahan dasar.
WHO sejak lama telah memberikan peringatan terkait penambahan rasa manis dan gula pada produk makanan atau minuman bayi dan anak kecil. Salah satu alasannya, penambahan rasa manis ini akan membuat anak menjadi lebih menyukai makanan dan minuman manis di masa mendatang.
"Makanan untuk bayi dan anak kecil diharapkan mematuhi berbagai rekomendasi gizi dan komposisi yang sudah ditetapkan," terang WHO European Office for Prevention and Control of Non-Communicable Diseases Dr Joao Breda, seperti dilansir Independent.
Adanya banyak produk yang masih memiliki kandungan tinggi ini cukup mengkhawatirkan. WHO mengatakan, gula alami dari buah dan sayur memang dapat memberi manfaat bagi bayi dan anak kecil. Akan tetapi, kandungan gula pada produk buah dan sayur puree yang dijual secara komersil memiliki kandungan gula tambahan yang sangat tinggi.
"Ini juga masalah yang mengkhawatirkan," tambah Breda.
Tak hanya itu, banyak produk makanan bayi dengan kandungan gula tinggi yang dipasarkan secara tidak bertanggungjawab. Ada sekitar 28-60 persen dari produk makanan dan minuman bayi yang dipasarkan dengan label cocok untuk bayi di bawah enam bulan.
Padahal, bayi seharusnya hanya mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Pemberian ASI eksklusif ini dapat melindungi bayi dari beragam risiko penyakit sekaligus meningkatkan hubungan anak dan ibu menurut UNICEF UK.
"Nutrisi yang baik untuk bayi dan anak kecil merupakan kunci penting untuk memastikan tumbuh kembang anak yang optimal, dan memiliki kesehatan yang lebih baik di masa mendatang," terang WHO Regional Director for Europe Dr Zsuzsanna Jakab.