REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Jarang bermain di luar ruangan mungkin menjadi fenomena anak zaman sekarang. Banyak orang tua mengkhawatirkan kondisi kotor luar ruangan atau lebih memilih memberikan gawai. Padahal bermain di luar penting bagi pertumbuhan anak, karena menjadi kesempatan untuk beraktivitas fisik dan berinteraksi dengan teman-temannya.
Ketua LPAI Dr. Seto Mulyadi mengatakan, perlu pendekatan psikologis agar anak-anak dapat tumbuh dengan gembira dan bahagia. Salah satunya dengan menyadari bahwa kegiatan bermain merupakan bagian penting dari pemenuhan hak anak, yang mencakup hak untuk tumbuh, serta berkembang lebih sehat dan cerdas secara optimal.
Melalui bermain, anak-anak dapat lebih senang belajar, sehingga orang tua harus memberikan keseimbangan pada aktivitas bermain anak. "Ada saatnya bermain di luar ruangan dan ada saatnya bermain di dalam ruangan," kata dia melalui rilis pers.
LPAI mengajak sebanyak mungkin individu, masyarakat dan instansi untuk bersama-sama memberikan hak anak, salah satunya yaitu bermain dan bergembira di luar ruang, tanpa ada kekhawatiran. Permainan tradisional dapat juga diperkenalkan pada anak di luar ruangan.
Permainan tradisional dinilai dapat mengajarkan banyak hal positif. Termasuk melatih kemampuan eskplorasi sekaligus melestarikan nilai budaya dan tradisi daerah
yang menjadi kekayaan bangsa.
Country Leader of Communication & Public Affairs PT Johnson & Johnson Indonesia, Devy Yheanne, mengatakan, lerkembangan zaman dan tuntutan hidup membuat banyak keluarga di Indonesia mempunyai waktu kebersamaan yang semakin sedikit. Perkembangan teknologi juga membuat baik maupun anak mengandalkan gawai dalam melakukan kegiatan sehari–hari.
Tidak sedikit juga orangtua yang lebih memilih dan merasa aman jika anak-anak bermain di dalam rumah daripada bermain di luar karena berbagai alasan. Kondisi ini merubah pemahaman anak tentang bermain dan teman bermainnya.
Bermain di luar ruangan bersama anak dapat memberikan manfaat penting bagi anak dan orang tua. Keluarga juga dapat mempererat ikatan emosional. "Sehingga bisa mendukung perkembangan psikologis anak, menumbuhkan kreativitas, moral, dan kerjasama, tanpa khawatir terkena infeksi kecacingan,” ungkap Devy.
Brand Manager Combantrin Mitchelle S. Putra mengatakan, selama ini salah satu alasan orang tua melarang anak bermain di luar rumah adalah karena khawatir anak akan terkena kecacingan. Padahal bermain di luar bukanlah penyebab utama kecacingan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya, salah staunya dengan rajin mencuci tangan.
Kecacingan masih menjadi permasalahan yang cukup serius di Indonesia. Berdasarkan data WHO pada tahun 2016, sekitar 55 juta anak Indonesia masih berisiko menderita penyakit kecacingan atau biasa disebut ‘cacingan’ dan membutuhkan pengobatan pencegahan infeksi cacingan.