REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) dr Fazidah A Siregar MKes PhD mengatakan bahwa remaja harus menjaga kesehatan reproduksinya. Faktanya, ia melihat hasil studi di Indonesia justru memperlihatkan semakin banyak remaja yang melakukan penyimpangan perilaku seksual.
"Padahal, menjaga kesehatan reproduksi adalah penting terutama pada masa remaja dan ke depan sebagai calon-calon pemimpin bangsa," kata Fazidah, di depan pelajar SMA dan mahasiswa pada seminar "Diseminasi Seks Education" merayakan Dies Natalis ke-67 USU, di Medan, Jumat.
Masa remaja, menurut dia, adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dalam segala aspek biologis, psikologis maupun sosial. International Conference on Population and Development di Kairo pada 1994 telah merumuskan hak-hak reproduksi bagi setiap manusia, termasuk remaja.
"Belum terpenuhinya hak-hak reproduksi dapat menimbulkan masalah bagi remaja dan bahkan mengakibatkan kematian," ujar Fazidah.
Ia mengatakan, hasil Konferensi ICPD dan Millennium Development Goals 2015 telah menetapkan minimal 90 persen dari jumlah remaja sudah harus mendapat informasi tentang kesehatan produksi (kespro) dan seksual serta hak-hak yang menyertainya. Menurut Fazidah, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal dan nonformal.
Fazidah menyatakan, masa transisi ini sulit bagi remaja karena berlangsung proses perubahan dalam tubuh, meliputi perubahan biologis terkait perubahan hormon dan hormon reproduksi. Di samping itu, remaja juga mengalami perubahan psikologis yang dipengaruhi pergaulan dalam lingkungan dan menghadapi tekanan emosi serta sosial yang saling bertentangan.
Selan itu, menurut Fazidah, remaja masa kini sering diliputi ketidaktahuan tentang perkembangan dirinya yang dapat menimbulkan problematika tersendiri. Itu terjadi lantaran kurangnya pengetahuan tentang perubahan dalam dirinya terkait kesehatan reproduksi.
Menurut Fazidah, kondisi minim informasi akan kesehatan reproduksi dan perkembangan emosi yang masih labil membuat remaja rentan dihadapkan pada kebiasaan yang tidak sehat. Seks bebas, merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat dan suntikan termasuk di antaranya.
Fazidah mengingatkan bahwa menjalani kebiasaan negatif itu seiring dengan mulai berfungsinya alat-alat reproduksi remaja, pada akhirnya akan mempercepat usia awal seksual aktif. Itu akan mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi.
"Kurangnya edukasi terkait kesehatan reproduksi pada remaja memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, antara lain pernikahan usia muda, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, infeksi menular seksual, kekerasan seksual, dan lain-lain," katanya.