Jumat 04 Oct 2019 15:44 WIB

Jangan Bawa Anak Nonton Joker, Ini Alasannya

Film Joker telah tayang di Indonesia sejak 2 Oktober, layakkah ditonton anak?

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Film Joker.
Foto: Warner Bros via AP
Film Joker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaringan bioskop AS, Alamo Drafthouse Cinema, telah membuat edaran bagi pecinta film untuk tak membawa anak ketika menonton Joker.  Tepat di hari perdana pemutaran Joker, Alamo mengunggah peringatan yang ditujukan untuk para orang tua lewat akun Facebook-nya.

"Bukan candaan. Joker diberi peringkat R untuk alasan yang baik. Ada banyak bahasa yang sangat, sangat kasar, kekerasan brutal, dan nuansa buruk secara keseluruhan," demikian peringatan Alamo seperti dilansir laman Cnet pada Jumat.

Baca Juga

Alamo juga menyebutkan Joker memiliki gambaran suram dan gelap mengenai seorang pria yang sakit. Dalam unggahan itu, Alamo juga menggambarkan film ini nuansanya mirip dengan Taxi Driver yang dibintangi oleh Robert De Niro.

"Bukan untuk anak-anak dan mereka tidak akan menyukainya," ungkap Alamo seraya membocorkan bahwa tokoh Batman yang disukai anak-anak tidak akan muncul dalam Joker.

Sementara itu, Landmark Theatres, jaringan bioskop independen terbesar di AS membuat aturan yang tidak membolehkan penonton Joker mengenakan kostum atau topeng. Jaringan teater AMC juga telah melarang penonton yang menggunakan topeng atau cat wajah di lebih dari 650 bioskop, mengingat tragedi penembakan saat premier The Dark Knight Rises di Colorado, pada 2012.

Joker merupakan salah satu tokoh penjahat dari jagat komik DC dari Amerika Serikat. Perannya selalu diadu dengan kepahlawanan tokoh Batman.

photo
Film Joker

Sutradara film Joker, Todd Phillips, mengambil langkah lebih jauh untuk membuat kisah tokoh ini begitu dalam dan nyata. Joker bikinan Phillips dibuat sangat gelap dan sangat jujur apa adanya.

Joker dalam film ini diceritakan sebagai Arthur Fleck (Joaquin Phoenix). Pria yang berprofesi komedian dan badut itu digambarkan mengidap gangguan mental.

Arthur yang tinggal bersama ibunya di apartemen rusak itu memiliki hidup yang kelam karena tuntutan orang lain yang memintanya untuk terus lucu. Tekanan demi tekanan membuatnya putus asa.

Tak jarang Arthur merasa harus mengakhiri semuanya. Beberapa adegan yang mengindikasikan kebrutalan, keputusasaan, dan kekerasan ditampilkan secara gamblang oleh Phillips.

Rasa keputusasaan itu semakin terasa berkat akting ciamik Phoenix. Dia tampil dengan totalitas untuk memerankan Joker. Phoenix bahkan menyusutkan bobotnya hingga lebih dari 20 kilogram demi menampilkan kehidupan Arthur yang kelam.

Penjiwaan Phoenix dalam membawakan peran Arthur sangat nyata dan seperti "mengancam". Phoenix juga mampu memberikan ekspresi sedih yang mengesankan kepiluan yang mendalam di dalam tawa-tawa Arthur.

Selain itu, kondisi kota Gotham juga digambarkan sebagai kota yang jauh dari keberadaban. Warga kota Gotham tak ramah satu sama lain, termasuk kepada Arthur. Pelecehan juga dialami oleh warga perempuan di kota Gotham. Perundungan oleh anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa kepada Arthur juga ditampilkan dalam film oleh Phillips.

Adegan-adegan yang demikian gamblang yang ditampilkan Phillips membuat Joker diberi rating 'R' yang berarti "Restricted" atau terbatas di AS. Artinya, film ini ditujukan oleh orang-orang dewasa di atas 17 tahun. Demikian juga di Indonesia.

Republika.co.id menyarankan calon penonton yang memiliki indikasi depresi dan kegelisahan berlebihan sebaiknya berpikir ulang untuk menonton film yang mendapat penghargaan Golden Lion Award di Festival Film Venice itu. Setidaknya, jangan saksikan Joker sendirian.

Bukan cuma adegannya yang perlu diwaspadai, musik latar Joker di bawah kendali Hildur Gudnadottir juga menyempurnakan kesan kelam. Tak ada tawa yang bisa tercipta ketika menonton film ini.

Jadi, sebaiknya, ajak kawan untuk menemani kemudian diskusikan mengenai permasalahan gangguan mental bersama-sama. Dan, yang tak kalah penting, bagi orang tua, jangan bawa anak untuk ikut menonton!

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement