REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan keamanan siber Kaspersky mendorong orang tua melakukan dialog terbuka untuk memberi pemahaman upaya perlindungan daring pada anak-anak. Hal itu untuk mengantisipasi berbagai bahaya yang mengintai anak-anak di dunia daring.
Kepala Pemasaran Produk Konsumen di Kaspersky, Marina Titova menganjurkan orang tua menempatkan berbagai asumsi tentang kebiasaan daring anak-anak pada sudut pandang tepat. “Berdialog terbuka dengan anak-anak tentang perlunya mengontrol kegiatan digital dan keamanan internet, karena konten berbahaya adalah salah satu hal yang sangat mungkin mereka temukan saat menjelajah dunia daring,” kata Marina dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/10).
Untuk membantu orang tua melindungi anak-anak dan anggota keluarga lainnya dari ancaman daring, Kaspersky merekomendasikan sejumlah langkah. Pertama, adopsi pemblokiran perangkat otomatis untuk membantu mengontrol waktu yang dihabiskan anak di komputer, ponsel cerdas, atau tablet. Dengan itu, Anda dapat menghentikan anak menghabiskan seluruh waktu luangnya di depan layar dan mengatur jumlah waktu yang sesuai.
Ke dua, media sosial merupakan bagian dari ruang pribadi anak, sehingga pemantauan perilaku daring dapat dianggap sebagai pelanggaran privasi. Kondisi itu terutama terjadi di kalangan anak-anak yang berusia lebih tua. Karena itu, Anda cukup meminta keterlibatan demi mendapatkan pemahaman yang baik akan minat mereka, sekaligus membangun hubungan lebih dekat.
Ke tiga, para anak-anak tidak begitu sering membicarakan konten media sosialnya dengan orang tua. Hal terbaik yang harus dilakukan adalah mendiskusikan bagaimana mereka menggunakannya, tanpa mengkritik atau menekan. Kemudian memberikan saran mengenai cara menjaga, ketika menjalin pertemanan atau koneksi baru.
Sebuah survei global Kaspersky menemukan, beberapa orang tua lebih suka berada di zona aman daripada mempercayai penilaian anaknya. Meskipun, lebih dari dua per tiga (67 persen) orang tua meyakini bahwa anak-anaknya memiliki kesadaran penuh akan risiko menggunakan internet. Kemudian, sekitar setengahnya tetap memiliki kewaspadaan yang didukung dengan menggunakan berbagai alat dan praktik menjaga anak-anak tetap aman saat menggunakan internet.